Produktivitas
100 Aktivitas untuk #dirumahaja (Bagian 2)

Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan 100 Aktivitas untuk #dirumahaja (Bagian 1). Penulis memutuskan untuk membaginya menjadi dua bagian agar jatah menulis berkurang tidak terlalu panjang.
Setelah 50 aktivitas di tulisan sebelumnya, apa saja 50 aktivitas lainnya?
- Melakukan Ibadah, karena tempat ibadah pada ditutup. Kalau muslim mungkin bisa membaca Alquran ataupun menonton ceramah agama di Youtube, begitupun penganut agama lain.
- Makan dan nyamil, jangan sampai lupa mengisi perut.
- Menulis Buku Harian atau Jurnal, catat aja apa yang dilakukan hari ini. Siapa tahu suatu saat bisa diterbitkan.
- Membuat Time Capsule, isi dengan barang-barang yang paling membuat sentimentil. Membuat pesan untuk diri di masa depan juga boleh. Jangan dibuka hingga puluhan tahun ke depan.
- Melihat Album Keluarga, melihat betapa lucu dan polosnya kita dulu.
- Membuat Pohon Keluarga, jangan-jangan ada teman kita yang ternyata masih memiliki hubungan saudara.
- Scan Foto-Foto Lama, supaya kita punya file digitalnya.
- Main Game, main apapun tergantung perangkat yang dimiliki. Kalau punya laptop ya main game Steam, kalau punya HP ya main game HP.
- Main Media Sosial, walaupun Penulis yakin banyak yang sudah bosan melakukannya.
- Jadi Youtuber, bikin aja daily vlog atau konten lainnya tanpa peduli jumlah penontonnya.
- Membuat Video Dokumenter, misal merekam ibu yang sedang memasak atau kucing yang sedang bermain dengan bola.
- Membuat Film, minimal membuat script dan alur ceritanya. Kalau bisa, ajak orang rumah untuk melakukan akting di depan kamera.
- Karaoke, pakai aplikasi Smule dan sejenisnya. Bisa juga dilakukan di kamar mandi.
- Menghafal Lirik Lagu, jadi kalau nonton konser artis favorit bisa ikutan nyanyi.
- Menerjemahkan Lirik Lagu Asing Favorit, supaya paham makna lagunya sekaligus menambah vocabulary.
- Cover Dance K-Pop, misal cover dance-nya Blackpink. Joget-joget enggak jelas juga boleh.
- Jadi Artis TikTok, biar nge-hits dan melatih kreativitas.
- Bermain Teater, bisa membuat sendiri atau mengambil kisah klasik seperti karya-karya Shakespeare.
- Latihan Membaca Puisi, siapa tahu waktu 17-an dilombakan.
- Main Werewolf via Telegram, dijamin seru karena ada interaksi dengan orang lain.
- Main Board Game dengan Keluarga, apalagi kalau koleksi seperti Mas Pandu.
- Buat Board Game Baru, sekarang Penulis sedang membuat board game ketiganya yang terinspirasi dari Exploding Kittens. Bahannya dari kartu Yugioh dan kertas label.
- Main Kuis Ala Tonight Show, mulai Tebak Gambar, Tebak Satu Kata, Tebak Bibir, dan lain sebagainya.
- Mencoba Fitur HP yang Belum Pernah Digunakan, seperti aplikasi Stocks di iPhone.
- Kustomisasi Tampilan HP, ganti tema biar enggak gitu-gitu aja tampilannya.
- Menghapus Aplikasi HP yang Sudah Lama Tidak Terpakai, lumayan untuk mengurangi beban HP.
- Menghapus Gambar Enggak Jelas di Galeri HP, daripada nunggu memori penuh. Yang kapasitas memori internalnya besar rasanya tidak akan memusingkan hal ini.
- Memeriksa Email, pasti ada ratusan email enggak jelas yang masuk ke Inbox. Tapi, siapa tahu ada email penting yang terselip.
- Mencari Nada Dering Telepon, biasanya kita akan memainkannya satu per satu hingga menemukan yang cocok.
- Nonton Televisi, kalau masih ada stasiun televisi yang bener.
- Nonton Film, tonton film baru ataupun film-film yang sudah lama tidak ditonton. Coba deh tonton ulang semua film Marvel.
- Nonton Serial atau Anime, kalau perlu marathon sampai tamat. Bisa di Netflix, YouTube, dan lain sebagainya. Tapi awas, kalau kelamaan bisa pusing sendiri.
- Nonton Ulang Pertandingan Olahraga, karena hampir semua jenis olahraga berhenti sementara hingga waktu yang tidak ditentukan. Kasihan Liverpool.
- Mendengarkan Musik Favorit, kalau perlu sambil menghayati liriknya.
- Membuat Playlist Spotify Baru, kalau yang follow banyak lumayan bisa jadi duit (katanya).
- Bermain Alat Musik, kalau punya instrumennya dan bisa memainkannya. Kalau enggak bisa, coba mulai belajar.
- Membuat Lagu, teruntuk yang pandai memainkan intrumen musik dan menulis lirik.
- Mendengarkan Podcast, lumayan dapat wawasan baru. Melatih kemampuan listening Bahasa Inggris juga.
- Mencoba Aplikasi Dating, siapa tahu akhirnya menemukan jodoh yang telah lama diidam-idamkan.
- Liburan Virtual, buka YouTube dan tentukan destinasi ingin liburan ke mana. Disarankan menggunakan VR.
- Perang Bantal, asal jangan sampai perang beneran.
- Baca Komik, apalagi kalau punya koleksi yang sudah tidak dibaca. Baca komik online semacam Webtoon juga disarankan.
- Belanja Online, dengan syarat langsung cuci tangan setelah menerima paketnya.
- Merakit Gundam, dijamin waktu akan bergulir hingga tak terasa waktu berlalu.
- Refleksi Diri, agar diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
- Merenungi Kehidupan, seperti yang sering Penulis lakukan ketika insomnia.
- Mencari Tujuan Hidup, supaya diri tidak terombang-ambiing tanpa arah yang jelas. Kalau Pembaca tipe orang yang mengalir begitu saja ya tidak apa-apa.
- Memikirkan Masalah Bangsa, walau sepertinya kita tidak akan menemukan solusinya.
- Mencatat Kegiatan Apa Saja yang Dilakukan Setelah Isolasi Berakhir, biar enggak bingung nantinya.
- Mencatat 100 Aktivitas yang Bisa Dilakukan Ketika #dirumahaja Seperti yang Penulis Lakukan Sekarang.
Itulah 100 aktivitas yang bisa kita lakukan selama di rumah. Beberapa bisa dilakukan dengan mudah, beberapa lagi membutuhkan peralatan yang belum tentu semua punya.
Selain itu, Penulis juga tidak memasukkan aktivitas yang sifatnya 17+. Kalau ikut dimasukkan, daftarnya bisa bertambah menjadi 200.
Semoga saja tulisan ini dapat membantu Pembaca sekalian yang merasa bingung harus melakukan apa di rumah. Stay health everyone!
NB: Beberapa aktivitas diambil dari berbagai sumber, baik lokal maupun internasional
Kebayoran Lama, 21 Maret 2020, terinspirasi setelah membaca banyaknya keluhan bosan di masa-masa sulit ini.
Foto: Joshua Rawson-Harris
Produktivitas
Smartphone adalah Distraksi Terberat untuk Produktivitas

Banyak orang yang menginginkan hidup produktif. Namun, tidak banyak orang yang berhasil melakukannya. Beberapa alasannya adalah rasa malas, kurang motivasi, hingga adanya distraksi atau gangguan yang menghambat kita untuk produktif.
Rasa malas atau kurang motivasi berasal dari internal, sehingga cara mengatasinya pun mau tidak mau harus dari diri sendiri. Kita harus bisa mengendalikan diri kita sendiri untuk bisa mengusir hal-hal yang menghambat produktivitas tersebut.
Nah, lain halnya dengan adanya distraksi yang kerap datang dari luar atau eksternal diri kita. Bentuknya pun macam-macam. Namun, ada satu distraksi yang Penulis anggap sebagai yang terbesar sekaligus terbesar, yaitu adanya smartphone alias ponsel pintar.
Mengapa Smartphone adalah Distraksi Terbesar?

Selama beberapa tahun terakhir, smartphone kita terus berevolusi menjadi sebuah gawai yang sangat canggih, hingga seolah-olah kita bisa melakukan semua hal menggunakannya. Ini semakin dilengkapi dengan berbagai aplikasi yang jumlahnya mungkin mencapai jutaan.
Salah satu dampak terbesar yang dihasilkan oleh smartphone adalah meningkatnya interaksi antarmanusia hingga seolah tak berbatas ruang dan waktu. Kita bisa melihat berbagai kejadian di seluruh dunia hanya dalam kedipan mata saja melalui media sosial.
Ada banyak pilihan media sosial yang bisa kita gunakan, mulai Facebook, Twitter, Instagram, TikTok, hingga Pinterest. Sarana hiburan untuk menonton tayangan visual pun banyak, mulai yang gratis seperti YouTube hingga yang berbayar seperti Netflix, Disney+, Vidio, dan lainnya.
Jangan lupakan juga judul-judul game yang bisa membuat kita melupakan kehidupan kita sejenak di dunia nyata. Ada yang menyukai game kompetitif seperti Mobile Legends dan PUBG Mobile, ada juga yang suka bertualang di Genshin Impact.
Masih banyak yang bisa kita lakukan melalui smartphone, seperti membaca berita, membaca komik, melihat meme, membuat konten viral, dan lain sebagainya. Banyaknya aktivitas yang bisa dilakukan inilah yang membuat smartphone menjadi distraksi yang luar biasa.
Bayangkan, setelah merasa bosan dengan Instagram, beralik ke TikTok. Begitu bosan, pindah lagi ke Twitter. Bosan lagi, pindah main game. Capek, refreshing dengan menonton YouTube. Putaran aktivitas ini seolah tak pernah berhenti mengisi hari-hari kita.
Apalagi, kini semakin banyak platform yang menyediakan fitur infinity scroll di mana kita secara tak terbatas diberikan konten video pendek. Berdasarkan pengalaman Penulis, fitur ini kerap membuat kita merasa lupa waktu karena tidak tahu kapan harus berhenti.
Bagaimana agar Smartphone Tidak Menjadi Sebuah Distraksi?

Ketika sedang bekerja atau belajar, kita kerap beralih ke smartphone kita dengan dalih “refreshing” karena merasa suntuk. Niatnya hanya 5 menit, tahu-tahu bertambah menjadi 50 menit. Pekerjaan pun akhirnya tertunda, menumpuk, atau bahkan tidak selesai.
Penulis kerap berniat untuk menjalani hari yang produktif, seperti menulis beberapa artikel blog, membaca buku self-improvement, atau mulai menulis novel lagi. Namun, jika sudah main smartphone dan rebahan, niat tersebut pun sirna begitu saja, kalah oleh rasa malas.
Berdasarkan poin di atas, Penulis pun menganggap kalau smartphone adalah distraksi terbesar dalam produktivitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa cara agar kita bisa menghindari distraksi tersebut semaksimal mungkin.
Kalau yang mau ekstrem, Penulis di jam kerja biasanya menjauhkan smartphone sejauh mungkin dari jangkauan. Dengan membuatnya “tidak terlihat”, rasa penasaran ingin mengeceknya pun bisa menjadi berkurang.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan ketika merasa suntuk atau penat? Lakukan aktivitas fisik yang tidak melibatkan smartphone. Beberapa hal yang Penulis lakukan adalah baca buku, bermain bersama kucing, duduk melihat tanaman, hingga rebahan sejenak.
Seandainya tidak bisa menahan diri untuk mengecek smartphone, mungkin kita butuh bantuan aplikasi seperti Forest dan AppBlock. Bisa juga menggunakan fitur bawaan dari smartphone yang mengatur berapa jam maksimal kita menggunakan aplikasi tertentu.
Penulis merasa terbantu dengan aplikasi-aplikasi ini agar Penulis bisa berhenti membuka aplikasi-aplikasi tertentu di jam profuktif. Namun, terkadang diri kita pun “nakal” dan justru memilih untuk menghapus aplikasi-aplikasi tersebut.
Jadi, pada dasarnya semua kembali ke diri sendiri, apakah kita benar-benar ingin menghilangkan distraksi tersebut atau tidak. Kalau keinginan dan tekad kita benar-benar kuat, bahkan tanpa bantuan aplikasi pun kita bisa menyingkirkan distraksi tersebut.
Penutup
Selain smartphone, tentu masih ada distraksi lain mengingat kebanyakan aplikasi-aplikasi yang ada di smartphone juga tersedia di laptop. Namun, setidaknya laptop tidak bisa digunakan sambil rebahan karena kurang nyaman dan berat.
Oleh karena itu, Penulis benar-benar berusaha membatasi penggunaan smartphone hariannya karena terbukti sangat sering membuat hari Penulis menjadi tidak produktif. Entah sudah berapa banyak waktu yang terbuang karena smartphone ini.
Penulis pun memiliki target agar penggunaan smartphone dalam sehari tidak melebihi 5 jam. Sejauh ini, target ini relatif bisa dicapai di weekday karena adanya rutinitas pekerjaan. Di weekend, angka penggunaan bisa naik walau tidak terlalu banyak.
Dengan mengurangi penggunaan smartphone, Penulis berharap bisa menjadi pribadi yang lebih produktif lagi, memiliki pola hidup yang lebih teratur, dan mampu melakukan banyak hal yang lebih bermanfaat.
Lawang, 12 Juni 2023, terinspirasi karena merasa smartphone adalah distraksi terbesar ketika dirinya ingin memiliki hidup yang produktif
Foto Featured Image: MarketWatch
Produktivitas
Lari Pagi adalah Obat Insomnia Terbaik Versi Saya

Dalam beberapa kesempatan, Penulis menyebutkan bahwa dirinya kerap mengalami insomnia alias sulit tidur di malam hari. Tak heran jika Penulis kerap merasa iri kepada orang-orang yang mampu tidur dengan cepat setelah meletakkan kepalanya di atas bantal.
Untuk itu, Penulis pun mulai mencoba berbagai cara agar bisa tidur cepat, mulai dari membaca buku, mengaji, minum susu, meditasi, mendengarkan musik, dan lain sebagainya. Sayangnya, tidak ada yang benar-benar berhasil menghilangkan insomnia.
Namun, ada satu aktivitas yang, anehnya, dilakukan di pagi hari dan mampu memberikan efek yang relatif instan. Ketika melakukannya, maka Penulis bisa tidur dengan cepat dan tidak terlalu larut. Aktivitas tersebut adalah lari pagi.
Lari Pagi, Aktivitas Ringan yang Berat untuk Dilakukan

Sebenarnya, lari pagi bukanlah aktivitas yang baru Penulis lakukan. Dulu, Penulis pernah rutin selama kurang lebih tiga bulan melakukannya, sebelumnya akhirnya berhenti karena kalah dari rasa malas. Nah, baru akhir-akhir ini Penulis berusaha merutinkannya lagi.
Setelah sholat Shubuh dan mengaji, Penulis biasanya akan langsung siap-siap untuk lari pagi yang tentunya diawali dengan pemanasan. Karena daerah rumahnya cukup dingin, Penulis selalu menggunakan jaket.
Penulis tidak pernah lari pagi dengan jarah yang jauh, cukup tiga-empat kali putaran mengelilingi perumahan ditambah satu putaran untuk pendinginan. Itu pun sudah bisa menghasilkan keringat yang lumayan hingga membasahi kaus yang dikenakan.
Jika melihat aplikasi tracker, setiap pagi Penulis melangkah sebanyak 3.000 hingga 4.000 langkah, yang setara dengan 3-4 kilometer. Penulis memilih untuk lari pagi dengan jarak yang sedikit, tapi rutin.
Sebenarnya aktivitas lari pagi adalah sesuatu yang ringan, apalagi jarak yang ditempuh juga tidak terlalu jauh. Namun, aktivitas ringan tersebut menjadi berat jika kita tidak mampu mengalahkan rasa malas dari dalam diri.
Efek Instan Lari Pagi

Penulis berhasil membuktikan bahwa lari pagi dapat membantu mengatasi insomnia secara instan. Entah bagaimana dari sisi medisnya, tapi yang jelas Penulis jadi bisa tidur cepat sekitar pukul 10:30 setiap malamnya.
Sebagai perbandingan, sebelumnya Penulis baru bisa tidur di atas jam 12 malam. Beberapa minggu terakhir Penulis sempat bolong menjalani rutinitas ini, dan akibatnya Penulis harus tidur lebih malam.
Kualitas tidur Penulis juga jadi meningkat setelah rutin lari pagi. Jika biasanya Penulis justru merasa lelah saat bangun, sekarang Penulis merasa lebih segar. Ini juga berlaku ketika Penulis tidur siang selama beberapa menit di sela-sela jam kerja.
Lari pagi juga memiliki efek positif bagi Penulis. Pertama, Penulis jadi tidak tidur lagi setelah sholat Shubuh, sehingga bisa langsung menjalani rutinitas harian seusai beristirahat. Sekarang, Penulis telah biasa memulai jam kerja mulai pukul 7 pagi.
Selain itu, metabolisme tubuh pun menjadi lebih lancar. Buang air besar Penulis menjadi lebih teratur. Nafsu makan Penulis juga bertambah, sehingga berat badannya bertambah dan mendekati bobot idealnya, yang biasanya di bawah 50 sekarang menjadi 53 kg.
Penutup
Meskipun sudah tahu sejak lama kalau rutin lari pagi membawa banyak manfaat, ada saja alasan untuk menunda-nunda dan tidak melakukannya. Padahal, intinya hanya karena rasa malas yang tidak bisa disingkirkan.
Menyadari dirinya butuh pola hidup yang lebih sehat, Penulis pun berusaha untuk terus merutinkan lari pagi beserta rutinitas-rutinitas positif lainnya dalam hidup. Penulis perlu membenahi hidupnya, mengingat sebentar lagi dirinya akan berkepala tiga.
Untuk yang tidak suka atau tidak kuat lari, mungkin bisa diganti dengan berjalan kaki sekitar rumah. Yang penting adalah aktivitas fisik di luar rumah, karena hawa pagi seolah membawa energi positif untuk hidup kita.
Lawang, 6 Juni 2023, terinspirasi dari pengalaman pribadi yang pola tidurnya membaik setelah (kembali) rutin lari pagi
Foto Featured Image: Body+Soul
Produktivitas
Rebahan + Main HP = Kombo Maut

Ketika berusaha menerapkan kehidupan yang produktif, Penulis menemukan ada satu “musuh” yang cukup tangguh dan sulit dilawan: Rebahan + Main HP. Aktivitas ini seolah memiliki black hole yang membuat kita sulit untuk bangkit dari kasur.
Tentu ada kalanya kita ingin bersantai setelah menjalani rutinitas harian yang padat. Kasur menjadi destinasi favorit kita karena gratis dan mudah dijangkau. Ditambah dengan adanya ponsel, makin nyamanlah kita dibuatnya.
Namun, Penulis kerap merasa begitu kita melakukan aktivitas ini, waktu yang terbuang terasa begitu banyak. Apalagi, dengan media sosial (medsos) yang hampir semuanya memiliki fitur video pendek tak terbatas, kita jadi semakin sulit untuk berhenti melakukannya.
Mengapa Rebahan + Main HP Itu Kombo Maut?

Media sosial dipenuhi dengan konten menarik yang memang dibuat agar kita sebagai pengguna mau menggunakannya selama mungkin. Dengan adanya algoritma candu, konten yang muncul pun sesuai dengan apa yang sering kita lihat.
Maka dari itu, tak heran jika media sosial kerap menjadi pelarian ketika kita sedang gabut. Menunggu orang, cek medsos. Di toilet, cek medsos. Kumpul dengan teman, cek medsos. Seolah otak kita tidak boleh berhenti menerima asupan konten-konten tersebut.
Nah, rebahan di atas kasur adalah termasuk salah satu aktivitas yang membosankan. Otak yang kecanduan konten pun akan secara otomatis membuat kita meraih ponsel dan mulai membuka aplikasi medsos.
Apalagi, dengan adanya konten-konten video pendek random yang muncul tanpa henti, kita tanpa sadar akan terus scroll-scroll karena berharap akan menemukan konten yang menyenangkan, lagi dan lagi, untuk terus memberikan perasaan senang kepada diri.
Terkadang muncul kesadaran diri untuk berhenti cek medsos dengan berkata 5 menit lagi. Setelah 5 menit, menemukan konten yang sangat menarik, sehingga memutuskan untuk lanjut sebentar lagi. Namun, seringnya aktivitas ini tidak pernah berlangsung sebentar.
Apa akibatnya? Selain waktu yang terbuang untuk melihat konten yang sebenarnya tidak terlalu bermanfaat untuk kita, bisa jadi akan muncul perasaan bersalah karena telah membuang-buang waktu. Sekali lagi, hari ini menjadi hari yang tidak produktif.
Apakah hanya cek medsos yang bisa dilakukan sambil rebahan? Tentu tidak. Membaca web novel, komik daring, hingga bermain game juga bisa sama adiktifnya dengan cek medsos. Ada begitu godaan yang membuat kita betah rebahan seharian selama ada ponsel di tangan.
Cara Agar Bisa Mengurangi Rebahan + Main HP

Penulis kerap merasa dirinya terjebak dalam kombo maut rebahan + main HP ini. Apalagi kalau sudah melihat Instagram Reels atau YouTube Shorts, rasanya sangat susah untuk berhenti, terutama ketika memang tidak ada hal urgent yang harus diselesaikan.
Kalau sedang hari libur atau tidak ada pekerjaan, hal tersebut masih oke untuk dilakukan. Masalahnya, tak jarang di hari kerja pun Penulis melakukan kombo ini. Produktivitas harian yang dikejar pun menjadi tidak terlaksana.
Oleh karena itu, Penulis pun berusaha mencari cara agar bisa melepaskan diri dari jeratan ini. Tentu saja boleh rebahan sambil main HP, apalagi setelah lelah bekerja. Namun, jelas tidak boleh dilakukan secara berlebihan.
Di hari kerja, Penulis sedang mendisiplinkan diri langsung membereskan tempat tidur begitu bangun di pagi hari. Dengan adanya kasur yang rapi, kecil kemungkinan Penulis akan rebahan di sana selama jam kerja, kecuali jika benar-benar mengantuk.
Lalu, Penulis juga membatasi penggunaan media sosial dan aplikasi adiktif lainnya. Untungnya, ponsel sekarang memiliki fitur yang akan langsung memblokir jika kita sudah melewati batas penggunaan.
Tidak cukup di situ, Penulis juga akan memblokir media sosial dan game selama jam kerja menggunakan aplikasi AppBlock, salah satu aplikasi produktivitas andalan Penulis. Ini hanyalah aplikasi yang membantu, karena pada dasarnya semua kembali pada niat kita.
Melalui buku Atomic Habit karya James Clear, salah satu tahap untuk menghilangkan kebiasaan buruk adalah dengan mempersulitnya. Cara-cara yang Penulis lakukan di atas bertujuan untuk mempersulit kombo rebahan + main HP dilakukan, terutama di hari kerja.
Jadikan Rebahan + Main HP Sebagai Reward

Penulis bukan anti-rebahan atau anti-main HP. Penulis hanya menyadari dirinya kerap membuang waktu karena aktivitas tersebut, sehingga banyak pekerjaan yang harusnya diselesaikan jadi terabaikan atau minimal terlambat.
Apalagi, Penulis sampai sekarang masih Work from Home, sehingga harus bisa mengatur dirinya sendiri dengan baik. Karena tidak ada yang mengawasi langsung seperti jika bekerja di kantor, Penulis harus bisa menjadi pengawas untuk dirinya sendiri.
Ada pembelaan kalau HP menjadi sarana refreshing agar tidak merasa penat ketika bekerja. Itu ada benarnya, tapi Penulis merasa tidak cocok karena kerap terbuai HP. Maka dari itu, selama jam kerja, Penulis sering menjauhkan HP dari jangkauannya.
Lantas, apa yang biasanya Penulis lakukan untuk refreshing di jam kerja? Biasanya Penulis akan memilih aktivitas seperti membaca buku/komik atau sekadar bermain dengan kucing. Penulis berusaha mencari aktivitas yang jauh dari benda elektronik.
Harus diakui kalau rebahan sambil main HP, apapun aktivitasnya, memang menyenangkan. Aktivitas santai yang menghibur tanpa perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Namun, jika menjadi berlebihan tentu akibatnya tidak baik untuk diri kita, apalagi dilakukan di jam kerja.
Karena menyenangkan, jadikanlah kombo maut ini sebagai “hadiah” apabila kita berhasil menyelesaikan hari dengan baik dan produktif. Setelah semua pekerjaan atau to-do-list terselesaikan, diri kita berhak untuk menikmati enaknya rebahan sambil main HP.
Lawang, 22 Mei 2023, terinspirasi dari pengalaman pribadinya yang kerap sulit meninggalkan kombo rebahan + main HP
Foto Featured Image: Andrea Piacquadio
- Musik4 bulan ago
Maskulinitas pada Musik Dewa
- Buku4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap
- Anime & Komik4 bulan ago
Alasan Saya Tidak Suka One Piece
- Musik5 bulan ago
9 Personel Twice dan Impresi Saya ke Mereka
- Permainan4 bulan ago
Koleksi Board Game #6 King of New York
- Pengembangan Diri5 bulan ago
Pada Akhirnya, Kebaikan yang Kita Lakukan akan Kembali ke Diri Sendiri
- Fiksi4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Funiculi Funicula: Before the Coffee Gets Cold (Spoiler Version)
- Sosial Budaya4 bulan ago
Hype Konser Coldplay di Indonesia: Beneran Nge-fans atau Sekadar FOMO?