Connect with us

Permainan

Koleksi Board Game #9: Bang! The Dice Game

Published

on

Di antara semua koleksi board game-nya, hanya satu yang merupakan hadiah dari orang lain, yakni Bang! The Dice Game. Board game ini merupakan hadiah ulang tahun untuk Penulis dari kedua adiknya.

Kebetulan, Bang! The Dice Game memang menjadi salah satu incarannya. Salah satu alasannya adalah karena board game ini memiliki unsur deduktif dan saling curiga seperti Werewolf yang sering Penulis mainkan, dengan tema Wild West alias dunia perkoboian.

Namun, ada banyak unsur lain yang dimiliki oleh board game ini yang tidak dimiliki oleh Werewolf, seperti adanya unsur luck dari lemparan dadunya yang menentukan pergerakan kita. Untuk lebih jelasnya, Penulis akan membahasnya di bawah.

Detail Board Game

  • Judul: Bang! The Dice Game
  • Desainer: Michael Palm, Lukas Zach
  • Publisher: DV Games
  • Tahun Rilis: 2013
  • Jumlah Pemain: 3- 8 pemain
  • Waktu Bermain: 15 menit
  • Rating BGG: 6.9
  • Tingkat Kesulitan: 1.28/5

Cara Bermain Bang! The Dice Game

Secara garis besar, ada tiga tim di permainan Bang! The Dice Game. Pertama ada Sheriff bersama para deputinya, Outlaws yang merupakan sekelompok penjahat utamanya, dan Renegade yang harus bisa menjadi one last man standing.

Objektif untuk masing-masing tim tentu berbeda. Sheriff dan deputi harus bisa membunuh semua Outlaw dan Renegade, Outlaw hanya perlu membunuh Sheriff, dan Renegade harus menyingkirkan semuanya.

Selain Sheriff, para pemain harus merahasiakan identitasnya agar tidak ketahuan oleh pemain lainnya. Hanya peran Sheriff-lah yang diketahui oleh semua pemain. Ketika ada pemain yang kehabisan nyawa, maka identitasnya pun akan terkuak.

Selain pembagian tim, masing-masing pemain juga akan mendapatkan kartu karakter yang masing-masing memiliki kemampuan unik yang bisa memberikan benefit di dalam permainan. Nama-namanya pun terinspirasi dari para legenda di dunia Wild West.

Tiap pemain akan punya peluru yang melambangkan nyawa mereka, yang jumlahnya sesuai dengan angka yang tertera di kartu karakter mereka. Khusus untuk Sheriff, ia akan memiliki dua nyawa ekstra, mengingat banyak orang yang mengincar kepalanya.

Komponen utama dari permainan ini adalah dadu-dadunya yang berjumlah lima buah. Setiap putaran, pemain akan melemparkan dadu dan memiliki kesempatan untuk reroll hingga dua kali. Tiap sisi dari dadu ini memiliki simbol dan efek khusus, yaitu:

  • Angka 1: Bisa menembak (mengurangi nyawa) pemain yang berjarak satu pemain
  • Angka 2: Bisa menembak pemain yang berjarak dua pemain
  • Bir: Menambah 1 nyawa
  • Panah: Akan mendapatkan panah Indian yang akan mengurangi nyawa semua pemain jika stok panah yang tersedia habis
  • Dinamit: Tidak bisa di-reroll, jika sampai mendapatkan tiga dinamit maka akan mengurangi nyawa pemain
  • Gatling Gun: Jika berhasil mendapatkan tiga Gatling Gun, maka akan membuang semua panah yang dimiliki sekaligus mengurangi satu nyawa untuk semua pemain lain.

Permainan akan berakhir jika salah satu tim berhasil mencapai objektifnya.

Setelah Bermain Bang! The Dice Game

Bang! The Dice Game (Gameology)

Sebagai permainan deduktif, tentu Bang! The Dice Game lebih cocok dimainkan ramai-ramai. Sayangnya, jumlah maksimal pemainnya hanya 8 orang, berbeda dengan Werewolf yang bisa dibilang bisa sebanyak apapun asalkan moderatornya sanggup.

Namun, salah satu kelebihan board game ini adalah tidak diperlukannya seorang moderator, sehingga semua orang bisa ikut main. Aksinya pun dilakukan terang-terangan ala Wild West, tidak ada yang sembunyi-sembunyi seperti Werewolf.

Hanya peran Sheriff yang langsung diketahui sejak awal permainan, sehingga jangan heran kalau banyak yang “menjilat” Sheriff agar dipercaya kalau dirinya Deputy yang merupakan bawahannya. Berpura-pura melindungi atau memberi nyawa adalah hal yang lumrah.

Hanya saja, dari beberapa kali memainkan board game ini, keberadaan kartu karakter sering terlupakan. Ketika pemain sudah tersingkir dari permainan, biasanya mereka baru ingat kalau karakter mereka sebenarnya bisa melakukan sesuatu yang berguna.

Selain itu, faktor luck yang dimiliki juga menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi bisa membuat permainan tidak tertebak dan semakin susah untuk mengetahui mana kawan mana lawan. Di satu sisi, game ini membutuhkan unsur luck yang cukup tinggi.

Dibandingkan dengan Werewolf, bermain Bang! The Dice Game bisa menjadi sangat cepat, apalagi jika para pemainnya bermain secara agresif dan begitu bernafsu untuk menghabiskan nyawa pemain lain.

Dengan tema Wild West yang dibawakan, bisa dibilang Bang! The Dice Game sudah cukup berhasil mengemasnya dengan menarik. Penulis hampir tidak memiliki keluhan berarti terhadap board game ini.

***

Board game selanjutnya yang Penulis bahas adalah board game yang memiliki kemiripan mekanisme dengan Catan, yang sangat mengandalkan keberuntungan dadu. Board game tersebut adalah Machi Koro 2, yang lumayan menjadi favorit bagi teman-teman Penulis.


Lawang, 6 Agustus 2023, terinspirasi karena ingin melanjutkan seri board game ini

Permainan

Koleksi Board Game #21: Century: Spice Road

Published

on

By

Salah satu cara yang membuat mengetahui board game baru adalah dengan mampir ke board game cafe. Apalagi, di sana selalu ada game master yang akan membantu kita memahami bagaimana cara bermain. Kalau Penulis suka, biasanya lantas akan membelinya.

Hal tersebut sudah terjadi beberapa kali, seperti 7 Wonders, King of the New York, hingga Survive. Kebetulan, ketiganya Penulis beli dalam keadaan second di board game cafe tempat Penulis sering bermain di Surabaya, yaitu Nexus Tabletop Surabaya.

Oleh karena itu, ketika mengetahui kalau ada board game cafe di Malang, Penulis memutuskan untuk mencoba bermain di sana bersama teman-teman kuliahnya. Board game cafe tersebut bernama HD’R Comic Cafe.

Awalnya Penulis merasa “aneh” karena di sana sistemnya bayar per board game. Di tiga board game cafe di Surabaya yang pernah Penulis datangi, sistemnya adalah bayar sekali untuk bermain sepuasnya dan sebanyak apapun board game-nya.

Untungnya, dua board game yang direkomendasikan oleh game master-nya ternyata cocok dengan Penulis dan teman-temannya. Pada akhirnya, Penulis memutuskan untuk membeli keduanya. Board game yang pertama adalah Century: Spice Road.

Detail Board Game Century: Spice Road

  • Judul: Century: Spice Road
  • Desainer: Emerson Matsuuchi
  • Publisher: Plan B Games
  • Tahun Rilis: 2017
  • Jumlah Pemain: 2-5 pemain
  • Waktu Bermain: 30–45 menit
  • Rating BGG: 7,3
  • Tingkat Kesulitan: 1.80/5
  • Harga: Rp620.000

Cara Bermain Century: Spice Road

Di awal permainan, jejerkan kartu Poin (berwarna oranye) sebanyak lima kartu dan kartu Merchant (berwarna ungu) sebanyak enam kartu. Lalu, letakkan tumpukan koin emas di kartu Poin paling kiri dan koin perak di kartu Poin kedua dari kiri.

Lalu, bagikan Caravan ke masing-masing pemain yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan resource (maksimal 10 resource). Masing-masing pemain juga akan mendapatkan dua kartu starter dan beberapa resource.

Ada empat jenis resource di sini, diurutkan dari yang paling tidak berharga hingga paling berharga adalah Turmeric (Kuning), Safron (Merah), Cardamom (Hijau), dan Cinnamon (Cokelat).

Kartu Merchant di permainan ini secara garis besar memiliki tiga fungsi, yakni mengambil resource (memiliki ikon kotak berwarna saja), menukar resource (memiliki ikon kotak berwarna dan tanda panah ke bawah), dan upgrade resource (memiliki ikon kota abu-abu dan arah panah ke atas).

Misal ada kartu bergambar satu kotak hijau, maka pemain akan mendapatkan resource Cardanom (Hijau). Misal ada kartu bergambar dua kota kuning dan panah bawak ke dua kotak merah, maka dua resource Turmeric (Kuning) kita bisa ditukar dengan duka resource Safron (Merah).

Untuk kartu upgrade resource, kartu ini bisa digunakan untuk resource apa saja. Misal, jika kartu kita bergambar dua kota abu-abu, maka kita bisa memilih untuk melakukan upgrade secara bebas, sesuai dengan urutan yang telah tertera di atas. Jika yang di-upgrade dua Cardamom (Hijau), maka kita akan mendapatkan dua Cinnamon (Cokelat).

Setiap putaran, masing-masing pemain harus melakukan satu dari empat aksi yang bisa dilakukan, yakni:

  • Play: Memainkan kartu dari tangan
  • Acquire: Mengambil kartu Merchant
  • Rest: Mengambil semua kartu yang telah dimainkan
  • Clain: Mengklaim kartu Poin

Syarat untuk bisa mengklaim kartu Poin tertera di masing-masing kartu. Permainan akan segera berakhir jika ada salah satu pemain yang telah memiliki lima kartu Poin. Giliran akan dilanjutkan hingga pemain terakhir sebelum menghitung skor.

Selain angka di kartu Poin, hitung juga poin koin emas (3 poin), koin perak (1 poin), dan resource selain Turmeric (Kuning) yang dihitung satu poin setiap resource-nya. Pemain dengan jumlah poin tertinggi akan menjadi pemenangnya.

Setelah Bermain Century: Spice Road

Century: Spice Road (Ars Technica)

Sewaktu akan membeli board game ini, Penulis sempat merasa dilema antara memilih versi Spice Road atau Golem Edition yang secara tema berbeda, tapi secara gameplay sama persis. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Penulis memutuskan untuk memilih Spice Road.

Century: Spice Road merupakan salah satu board game favorit Penulis karena sebenarnya gameplay-nya sederhana, tapi untuk bisa menguasainya membutukan strategi yang matang. Kita tidak bisa asal memilih kartu begitu saja.

Secara konsep, Century: Spice Road memiliki gameplay yang mirip dengan Splendor, di mana para pemain mengumpulkan item tertentu dengan tujuan untuk mengumpulkan resource yang dibutuhkan untuk mendapatkan poin kemenangan.

Jika di Splendor kita bisa memilih koin untuk membeli kartu permata, maka di Century: Spice Road kita bisa memilih kartu yang mayoritas fungsinya adalah untuk mendapatkan resource. Secara strategi, Century: Spice road lebih advance dibandingkan Splendor.

Di Splendor, semakin banyak kita memiliki kartu permata, maka semakin murah pula biaya yang dikeluarkan untuk membeli kartu yang lebih mahal. Di Century: Spice Road, tidak sesederhana itu, tapi semakin bagus kartu tangan kita, semakin mudah mendapatkan resource yang berharga.

Cara menangnya pun mirip, di mana permainan berakhir jika ada pemain yang mencapai target. Jika di Splendor targetnya adalah 15 poin, maka di Century targetnya adalah memiliki lima kartu Poin.

Meskipun terlihat sederhana, Century: Spice Road sebenarnya menuntut kita untuk berpikir keras agar menemukan cara paling efisien dan efektif untuk mendapatkan resource. Apalagi, kartu Poin yang kita incar bisa saja diincar oleh pemain lain.

Untuk bahan komponennya sendiri bisa dibilang sangat solid, mulai dari kualitas kartunya, koin yang bukan dari kertas seperti 7 Wonders atau plastik ringan seperti Machi Koro 2, kotak-kotak kecil yang menjadi resource, hingga empat mangkok sebagai wadah resource.

Century: Spice Road sebenarnya adalah bagian pertama dari trilogi Century. Board game lainnya adalah Century: Eastern Wonders dan Century: A New World. Ketiganya bisa dijadikan menjadi satu board game, tapi hingga saat ini Penulis belum terpikir untuk membelinya.

Jika disuruh menyebutkan kekurangannya, mungkin ilustrasi kartunya yang repetitif. Seandainya tiap kartu memilki gambar yang unik, rasanya board game ini akan terlihat lebih menarik. Dari sisi gameplay, Penulis tidak memiliki komplain sama sekali.

Skor: 9/10

Di atas Penulis telah menyebutkan kalau ada dua board game yang Penulis mainkan bersama teman-temannya di HD’R Comic Cafe. Selain Century: Spice Road, board game satunya merupakan board game paling bacot yang pernah Penulis mainkan: Chinatown!


Lawang, 9 Juli 2024, terinspirasi setelah ingin melanjutkan seri board game ini

Continue Reading

Permainan

Koleksi Board Game #20: Modern Art

Published

on

By

Meskipun bukan tipe orang yang bisa memahami arti dari sebuah seni, Penulis bisa berkata kalau dirinya cukup bisa menikmati sebuah seni. Salah satu destinasi wisata yang Penulis sukai adalah museum yang menampilkan lukisan-lukisan terkenal.

Oleh karena itu, ketika ada board game yang memiliki tema lukisan museum, Penulis jadi tertarik. Board game tersebut adalah Modern Art, yang sesuai namanya, memiliki banyak karya seni asli yang ditampilkan dalam bentuk kartu.

Modern Art dimainkan dengan model lelang, alasan lain kenapa Penulis memutuskan untuk membeli board game. Mengapa demikian? Karena kebetulan dulu Penulis suka nonton acara Storage Wars di saluran History.

Detail Board Game Modern Art

  • Judul: Modern Art
  • Desainer: Reiner Knizia
  • Publisher: CMON Global Limited
  • Tahun Rilis: 1992
  • Jumlah Pemain: 3-5 pemain
  • Waktu Bermain: 45 menit
  • Rating BGG: 7,5
  • Tingkat Kesulitan: 2.29/5
  • Harga: Rp500.000

Cara Bermain Modern Art

Di awal permainan, pemain akan berperan sebagai kepala museum dari berbagai tempat: Sao Paulo Museum, Madrid Modern, London Art, Paris Art, dan New York Art Gallery. Semua tempat sama, tidak memiliki keistimewaan apapun.

Setelah itu, masing-masing pemain akan mendapatkan kartu seni tergantung jumlah pemain. Ada lima seniman di Modern Art, yakni Manuel Carvalho, Sigrid Thaler, Daniel Melim, Ramon Martins, dan Rafael Siveira.

Kartu di Modern Art menampilkan sebuah lukisan lengkap dengan judul dan nama senimannya. Di pojok kanan ada jenis lelangnya (total ada lima jenis), yang akan Penulis jelaskan lebih detail di bawah.

Setelah mendapatkan kartu, masing-masing pemain akan mendapatkan modal $100. Uang ini yang akan kita gunakan untuk melakukan lelang setiap putarannya. Ada beberapa pecahan uang di board game ini, mulai dari $1 hingga yang paling besar $100.

Komponen terakhir adalah sebuah papan yang berfungsi sebagai tracker harga lukisan. Seniman dengan jumlah lukisan terbanyak di arena akan mendapatkan token tertinggi (paling tinggi 30, lalu 20 dan 10).

Jika jumlahnya sama, maka seniman yang paling kiri yang akan mendapatkan token tertinggi. Di setiap ronde, hanya akan ada tiga seniman yang mendapatkan token ini, yang artinya dua seniman lainnya tidak akan memiliki nilai jual sama sekali.

Token inilah yang menentukan harga dari lukisan berdasarkan senimannya. Seiring berjalannya ronde, maka harga lukisan bisa semakin tinggi. Namun, perlu diingat kalau penjualan lukisan ke bank terjadi di setiap akhir ronde, bukan di akhir permainan.

Sistem lelangnya sendiri akan dilakukan secara berurutan di mana pemain akan memilih satu kartu dari tangannya untuk dilelang. Pemain yang melakukan ini disebut sebagai pelelang. Masing-masing kartu memiliki jenis lelang yang terbagi menjadi lima jenis, yakni:

  • Open Auction (Berlogo Mata): Semua pemain bisa melakukan bid secara bebas
  • One Offer Auction (Berlogo Bintang dan Angka 1): Secara berurutan pemain bisa melakukan bid satu kali saja, dimulai dari sebelah kiri pelelang
  • Hidden Auction (Berlogo Gembok): Semua pemain menentukan harga secara tersembunyi di tangan dan akan mengungkapnya secara bersamaan, pemain dengan nilai lelang tertinggi akan menang
  • Fixed Price Auction (Berlogo Tag Harga): Pihak pelelang akan menentukan harga lukisan, jika tidak ada yang menawar maka akan jadi miliknya sendiri
  • Double Auction (Berlogo Palu dan x2): Pihak pelelang bisa langsung melelang dua lukisan sekaligus dari seniman yang sama, lalu jenis lelangnya mengikuti kartu lukisan yang kedua

Permainan akan terdiri dari empat ronde, dan masing-masing ronde akan berakhir jika ada salah satu seniman yang lukisannya sudah muncul lima kali. Pemain dengan jumlah uang terbanyak akan keluar sebagai pemenangnya.

Setelah Bermain Modern Art

Modern Art (More Game Please)

Secara visual, bisa dibilang Modern Art adalah salah satu yang terbaik di antara koleksi Penulis. Sebagai penikmat seni amatir, karya-karya yang ada di sini, meskipun kebanyakan seni kontemporer, memiliki keindahannya sendiri.

Sebagai nilai tambah, para seniman yang lukisannya dijadikan kartu di board game ini mendapatkan semacam katalog dan profil di rulebook-nya. Tentu ini bisa menjadi sarana promosi mereka agar lebih dikenal oleh dunia.

Untuk komponennya sendiri, Modern Art memiliki komponen yang cukup solid. Kartu-kartu seninya berukuran besar dan cukup tebal. Koin lelang dan uang in-game pun cukup solid. Namun, yang paling istimewa (dan lucu) adalah palu lelangnya yang terbuat dari kayu,

Secara gameplay, Modern Art sebenarnya cukup menarik dengan sistem lelang dan fluktuasi harga lukisannya. Hanya saja, replaybility dari board game ini cukup rendah karena terkesan monoton dan begitu-begitu saja.

Contoh, ketika pemain mengeluarkan kartu One Offer Auction, maka kemungkinan besar pemain akan langsung menyebutkan angka yang mendekati harga jualnya sekarang (misal harganya 20, dia langsung pasang harga 19).

Alhasil, pemain selanjutnya pun tidak akan memasang harga di atas itu karena otomatis tidak akan menghasilkan keuntungan. Kalau mau memasang harga di atas harga pasaran, ya kemungkinan besar pemain akan mengalami kerugian karena harga jualnya di bawah harga belinya.

Selain itu, posisi seniman di papan tracker selalu sama. Dengan demikian, lukisan karya Manuel Carvalho yang berada di sisi paling kiri akan selalu lebih berharga dibandingkan Rafael Silveira yang berada di sisi paling kanan. Alhasil, kebanyakan pemain akan lebih mengincar lukisan Manuel Carvalho karena kemungkinan lukisannya lebih mahal lebih besar.

Penulis bahkan sampai mencoba variasinya sendiri, di mana ada seorang juru lelang yang tidak ikut bermain. Nantinya, para pemilik museum akan diberi modal yang lebih besar. Uang bisa didapatkan di akhir permainan, bukan di setiap akhir ronde.

Namun, bisa dibilang kalau Modern Art memiliki konsep yang benar-benar berbeda jika dibandingkan koleksi lainnya. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, maka Penulis akan memberikan skor Modern Art sebesar:

Skor: 7/10

Salah satu cara Penulis bisa mengenal lebih banyak board game adalah dengan mengunjungi kafe board game. Pada satu waktu, Penulis bermain di salah satu kafe board game di Malang dan mencoba beberapa. Salah satunya yang akhirnya Penulis beli adalah Century: A Spice Road.


Lawang, 30 Juni 2024, terinspirasi karena ingin melanjutkan seri board game ini

Continue Reading

Permainan

Koleksi Board Game #19: Kingdomino

Published

on

By

Dulu ketika awal-awal mengoleksi buku, Penuils lebih mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas. Maka dari itu, ketika ada obral buku murah, Penulis sering khilaf dan jadi memborong banyak buku. Alhasil, banyak buku yang akhirnya justru tidak pernah terbaca sama sekali.

Dalam mengoleksi board game, ada sedikit perubahan karena Penulis melakukan seleksi yang lebih ketat sebelum membeli. Maklum, harga board game jarang ada yang murah, sehingga harus benar-benar dipelajari dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk membelinya.

Namun, dalam beberapa kondisi, Penulis memutuskan untuk tetap membeli sebuah board game hanya karena ingin menambah koleksinya, terutama jika harganya tidak terlalu mahal. Itu yang terjadi pada Coup, dan juga Kingdomino yang akan Penulis bahas di sini.

Detail Board Game Kingdomino

  • Judul: Kingdomino
  • Desainer: Bruno Cathala
  • Publisher: Blue Orange
  • Tahun Rilis: 2016
  • Jumlah Pemain: 2-4 pemain
  • Waktu Bermain: 15-25 menit
  • Rating BGG: 7,3
  • Tingkat Kesulitan: 1,22/5
  • Harga: Rp325.000

Cara Bermain Kingdomino

Komponen dari Kingdomino tidak banyak, hanya terdiri dari beberapa tile dengan bentuk seperti kartu domino, beberapa meeple, dan miniatur kastil. Tile memiliki beberapa jenis teritori, yang Penulis sebut sebagai sawah (kuning), ladang (hijau), laut (biru), rawa-rawa (abu-abu), hutan (cokelat), dan gua (hitam).

Di awal permainan, jejerkan empat tile dan urutkan sesuai dengan nomor yang ada di belakangnya, di mana angka kecil diletakkan paling atas dan yang besar di bawah.

Lalu, pemain pertama akan meletakkan meeple-nya ke salah satu tile pilihannya, diikuti oleh pemain lain. Khusus untuk putaran pertama, urutannya masih searah jarum jam, karena di putaran selanjutnya, urutan pemain ditentukan oleh urutan meeple di arena.

Setelah satu putaran selesai dan pemain telah meletakkan tile di wilayahnya masing-masing, maka pemain dengan meeple teratas akan memilih duluan tile selanjutnya yang juga telah diurutkan sesuai dengan jumlah angkanya. Begitu seterusnya sampai semua tile telah diambil pemain.

Ada beberapa aturan terkait peletakkan tile. Pertama, ingat kalau wilayah kita berukuran maksimal 5×5 dan tidak boleh melebihi batas tersebut. Posisi kastil boleh di mana saja, tapi jika berhasil pas di tengah, maka pemain akan mendapatkan poin tambahan.

Dalam meletakkan tile, tile tersebut harus memiliki teritori yang sama dengan teritori yang sudah ada di tempat kita, minimal satu. Jadi, kalau mau meletakkan tile laut, maka kita harus menyambungkannya ke tile laut. Starting tile yang merupakan tempat meletakkan kastil bisa dihubungkan dengan semua jenis teritori.

Jika semua tile sudah diambil pemain, maka perhitungan poin pun akan mulai dilakukan. Caranya mudah, kalikan luas teritori terbesar dari masing-masing jenis dengan jumlah mahkota yang ada. Jumlahkan semuanya dan itulah jumlah poin yang berhasil didapatkan oleh pemain.

Sebagai tambahan, pemain yang kastilnya ada di tengah akan mendapatkan 10 poin tambahan. Pemain yang berhasil membangun kerajaannya pas 5×5 tanpa ada bolong juga mendapatkan 5 poin tambahan.

Setelah bermain Kingdomino

Kingdomino (via Wargamer)

Sejak kecil, Penulis suka bermain puzzle. Mungkin karena itulah mengapa Penulis menyukai board game yang memiliki konsep tile placement seperti Carcassonne dan Kingdomino ini. Melihat bagaimana tile yang diletakkan dan saling digabungkan terlihat harmoni memberikan kepuasan tersendiri.

Jika dibandingkan dengan Carcassonne, Kingdomino jelas berbeda karena masing-masing pemain memiliki tempatnya sendiri untuk menyusun tile-nya. Ada banyak rule dan syarat untuk meletakkan tile, tapi semuanya mudah dipahami karena cukup sederhana.

Dua board game sebelum ini, Bahamas dan King of the Dice, Penulis sebut menyenangkan karena kesederhaan yang dimilikinya. Meskipun Kingdomino juga sederhana, sayangnya rasanya berbeda dengan dua board game tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa Kingdomino terasa monoton dan membosankan. Pertama, masing-masing pemain sibuk membangun kerajaannya sendiri tanpa bisa memberikan gangguan berarti kepada pemain lain. Carcasonne pun masih bisa melakukan hal tersebut.

Kedua, skema pengambilan tile yang sesuai urutan membuat permainan ya berjalan begitu saja, tidak ada tantangan atau strategi yang bisa diterapkan. Mungkin kita bisa sengaja memilih tile dengan angka yang kecil agar selanjutnya bisa memilih dulua, tapi hanya sebatas itu.

Penggunaan kata “Domino” di judul board game pun terasa kurang terimplementasi ke dalam permainan, selain bentuk tile-nya yang memanjang seperti kartu domino. Angka di belakang tile pun rasanya tidak memiliki unsur domino.

Menurut Penulis, Kingdomino asyik-asyik saja untuk dimainkan bersama sepupu atau keponakan yang masih kecil. Gameplay-nya yang sederhana dan unsur puzzle yang menarik membuat board game ini cocok dimainkan bersama mereka.

SKOR: 6/10

Saat membeli Kingdomino, Penulis juga membeli satu board game lain. Ketika melakukan riset, sebenarnya Penulis merasa yakin kalau board game ini kurang cocok untuk dimainkan di circle Penulis. Namun, Penulis tetap memutuskan untuk membelinya karena kepincut dengan karya seni yang ada di dalamnya. Board game tersebut adalah Modern Art.


Lawang, 23 Juni 2024, terinspirasi setelah ingin melanjutkan seri board game ini

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan