Connect with us

Olahraga

(Bapak) Lu Punya Tim F1, Lu Punya Kuasa

Published

on

Musim Formula 1 (F1) di musim 2023 memang terkesan membosankan karena dominasi Max Verstappen dan Red Bull yang luar biasa. Mau tidak mau publik pun teringat era Lewis Hamilton bersama Mercedes maupun Michael Schumacher dengan Ferrari.

Selain Verstappen yang baru meraih rekor fantastis dengan mencatatkan 10 kemenangan beruntun, Red Bull pun masih menyapu bersih semua kemenangan di musim ini sebelum akhirnya terputus di GP Singapura, di mana Verstappen hanya berhasil finish di posisi 5.

Oleh karena itu, tak heran jika penggemar F1 lebih memilih untuk mengalihkan fokusnya kepada siapa yang juara ketiga di klasemen pembalap (karena tampaknya Sergio Perez sudah pasti akan juara dua) dan tim mana yang akan juara dua di klasemen konstruktor.

BACA JUGA: Siapa Bisa Hentikan Verstappen dan Red Bull? – Whathefan!

Klasemen Sementara Pembalap dan Konstruktor F1

Alonso Masih di Papan Atas (F1)

Untuk klasemen pembalap, saat ini posisi ketiga sedang dipegang oleh Lewis Hamilton dengan 180 poin. Ia menyalip Fernando Alonso (170 poin) dari Aston Martin yang mengalami nasib kurang beruntung pada GP Singapura dengan finish di posisi terakhir.

Carlos Sainz Jr. dari Ferrari pun semakin mendekati posisi Alonso setelah berhasil memenangkan GP Singapura dengan penampilannya yang luar biasa. Pembalap asal Spanyol tersebut telah mengumpulkan 142 poin. 

Untuk klasemen konstruktor, di bawah Red Bull ada Mercedes (289 poin), Ferrari (265 poin), dan Aston Martin (217 poin). Menariknya, Aston Martin baru saja lengser dari peringkat tiga karena duo Ferrari berhasil mengumpulkan poin lebih banyak di GP Italia kemarin.

Selain itu, Aston Martin juga tampil buruk di GP Singapura setelah Alonso dan rekan setimnya, Lance Stroll, gagal mendulang satu poin pun. Bahkan, Stroll tidak ikut balapan setelah mengalami kecelakaan yang lumayan hebat saat kualifikasi.

Padahal, di awal musim Aston Martin bisa tampil begitu trengginas berkat performa epic Alonso yang berkali-kali berhasil meraih podium. Sayangnya, memasuki pertengahan musim mobil Aston Martin mengalami penurunan yang cukup terlihat.

Performa Pembalap Aston Martin yang Cukup Jomplang

Lance Stroll (Kiri) dan Alonso (Sky Sports)

Mobil Aston Martin memang terlihat garang di awal musim, di mana Alonso kerap meraih podium di belakang mobil Red Bull. Namun, performa tersebut seolah memudar. Untuk sekadar bersaing di papan tengah pun Aston Martin tampak kesulitan.

Oleh karena itu, tak heran jika Aston Martin yang sempat berada di posisi kedua klasemen konstruktor harus turun hingga ke peringkat 4. Namun, sebenarnya permasalahan utama Aston Martin adalah jomplang-nya performa Alonso dengan pembalap satunya, Lance Stroll.

Bagaimana tidak, sampai di GP Singapura kemarin, Stroll baru mengumpulkan 47 poin atau selisih 123 poin dari Alonso. Jumlah tersebut adalah yang jarak poin rekan satu tim terlebar setelah Red Bull, yang bisa dimaklumi karena Verstappen terus meraih kemenangan.

Stroll di awal musim sebenarnya tampil cukup baik, mengingat dirinya mengalami cedera di beberapa balapan. Namun, justru setelah cederanya sembuh, penampilannya terjun bebas dan sangat kebanting dengan performa Alonso.

Jika ada pembalap yang penampilannya buruk, biasanya akan diganti dengan pembalap lain yang lebih menjanjikan. Contoh paling dengan adalah Nick De Vries dari tim Alpha Tauri yang digantikan oleh Daniel Ricciardo di tengah musim.

Masalahnya, tampaknya hal tersebut akan sulit terjadi di Aston Martin, mengingat pemilik tim tersebut, Lawrence Stroll, merupakan ayah kandung dari Lance Stroll. Apakah seorang ayah akan tega menendang anaknya sendiri demi kebaikan tim?

Akankah Lance Stroll akan Terus Aman?

Lawrence Stroll (PlanetF1)

Aston Martin memiliki sejarah yang sebenarnya belum terlalu panjang di F1. Selain pernah berkompetisi sebentar di akhir tahun 50-an, mereka juga pernah menjadi sponsor untuk tim Red Bull di tahun 2016 hingga 2020 sebelum akhirnya menjadi tim sendiri.

Semenjak dimiliki oleh Lawrence Stroll, Aston Martin memang terlihat begitu ambisius untuk bisa menjadi tim F1 yang top. Gelontoran dana yang dikeluarkan selama ini mulai menampakkan hasilnya dengan banyaknya raihan podium musim ini.

Pada musim 2026 yang akan datang, Aston Martin telah menandatangani kontrak dengan Honda, mesin di balik kesuksesan Red Bull menjadi begitu tangguh selama beberapa tahun terakhir. Tentu kita jadi menaruh asa yang besar terhadap tim yang satu ini.

Untuk membantu pengembangan tim, Aston Martin juga merekrut pembalap-pembalap veteran yang mampu memberikan masukan. Setelah merekrut Sebastian Vettel di tahun 2020, tim ini pun merekrut Alonso setelah Vettel memutuskan untuk pensiun dari F1.

Dengan ambisinya yang begitu besar, banyak penggemar yang berharap kalau Lawrence Stroll bisa bersikap tegas dengan menendang Lance Stroll yang kurang perform. Bahkan, ada yang berharap kalau Vettel mau comeback untuk menggantikan Stroll.

Lance Stroll memang bukan pembalap yang buruk. Ia telah meraih podium dan dalam beberapa kali kesempatan mampu menunjukkan skill balapannya yang luar biasa. Stroll juga kerap memberikan masukan yang tidak kalah berbobot dari pembalap senior.

Namun, memang harus diakui kalau musim ini bukan musim yang baik untuknya. Kecelakaan yang ia alami di GP Singapura hingga membuatnya absen seolah menjadi penegas hal tersebut. Entah kapan Stroll bisa bangkit dan bisa menyumbang poin lebih banyak untuk tim.

Untuk informasi, durasi kontrak yang dimiliki Stroll tidak diketahui, sehingga bisa saja ia mendapatkan kontrak seumur hidup. Selama bapaknya masih menjadi pemilik tim, tampaknya Stroll akan masih punya “kuasa” untuk tetap bertahan di F1.


Sumber Featured Image: Wide World of Sports – Nine

Olahraga

Asa Mclaren Rebut Gelar Juara dari Red Bull Terhadang Papaya Rules

Published

on

By

Ketika Formula 1 memasuki awal musim 2024, banyak penggemar yang menginginkan musim ini di-skip saja dan langsung masuk ke musim 2025. Alasannya jelas, karena Max Verstappen dan Red Bull begitu mendominasi.

Bayangkan, dalam 10 balapan pertama, Verstappen berhasil memenangkan tujuh di antaranya. Kemenangan Verstappen hanya berhasil direbut oleh Carlos Sainz (GP Australia), Lando Norris (GP Miami), dan Charles Leclerc (GP Monaco).

Namun, dalam enam balapan terakhir, Verstappen dan Red Bull terlihat mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bahkan, pesaing terdekat mereka, Lando Norris dan Mclaren, terlihat mulai mendekat dengan sangat cepat.

Penurunan Performa Red Bull dan Potensi Kehilangan Gelar Juara

Verstappen dan Red Bull Pusing (GPblog)

Dalam enam balapan terakhir, pemenangnya cukup bervariasi. Mercedez berhasil mendapatkan tiga kemenangan, mulai dari “rezeki tak ke mana” George Russel di GP Austria, kemenangan emosional Hamilton di GP Inggris dan giveaway di GP Belgia

Selain Mercedes, Mclaren juga sering berhasil merebut kemenangan di GP Belanda melalui Norris dan kemenangan awkward Oscar Piastri di GP Hungaria. Terbaru, Leclerc berhasil mendapatkan kemenangan keduanya musim ini di GP Italia dengan gemilang.

Puasa kemenangan hingga enam balapan membuat posisi Verstappen di puncak klasemen mulai goyang. Meskipun dalam enam balapan tersebut ia konsisten masuk setidaknya enam besar, selisih poinnya dengan Norris menipis hingga tinggal 62 poin saja.

Norris sendiri cukup kompetitif dan mobil Mclaren memang sedang kencang-kencangnya. Setelah insiden di GP Austria yang membuatnya DNF, ia berhasil naik podium empat kali dari lima kesempatan. Tiga di antaranya berhasil di atas Verstappen.

Klasemen konstraktor malah lebih tipis lagi. Saat ini, selisih antara Red Bull dan Mclaren hanya tersisa 8 poin! Salah satu faktor pendukungnya adalah performa Sergio Perez yang benar-benar anjlok, di saat duo Mclaren sama-sama konsisten di papan atas.

Yups, Piastri sendiri cukup mampu mengimbangi performa Norris. Dalam enam balapan terakhir, ia selalu konsisten masuk ke empat besar. Di klasemen, ia sekarang berada di posisi empat, selisih 44 poin dengan Norris di peringkat dua.

Nah, normalnya dalam Formula 1, tim akan memiliki pembalap prioritas yang (biasanya) dipilih berdasarkan siapa yang di klasemen lebih berpeluang untuk juara. Kita sudah sering melihat hal ini, seperti Ferrari di era Michael Schumacher atau Red Bull di era Sebastian Vettel.

Masalahnya, tampaknya Mclaren tidak menyukai team order seperti itu dan memutuskan untuk menerapkan Papaya Rules, yang intinya mempersilakan kedua pembalapnya untuk bersaing secara sehat selama tidak merugikan tim.

Mclaren yang Ogah Terapkan Team Order

Mclaren Harusnya Prioritaskan Norris (F1)

Lho, bukannya bagus karena menjunjung tinggi sportivitas? Jawabannya bisa benar, bisa salah. Bagi Mclaren yang terakhir kali juara pembalap pada tahun 2008 melalui Lewis Hamilton, bisa jadi itu keputusan yang salah.

Mclaren seolah sudah terlalu lama menjadi tim papan tengah, sehingga terkesan tidak siap ketika mereka memiliki kesempatan untuk menjadi juara baik dari segi pembalap maupun konstraktor. Padahal, saat ini mereka telah memiliki mobil yang sangat mumpuni.

Norris sendiri telah lama “mengabdi” untuk Mclaren sejak musim 2016, sehingga sangat masuk akal jika ia menjadi pembalap prioritas. Piastri yang baru bergabung musim lalu pun pasti bisa menerima keputusan tim, apalagi statusnya sebagai rookie.

Jika Mclaren tidak bisa memberi ketegasan kepada kedua pembalapnya, bisa-bisa justru akan merusak keharmonisan tim yang bisa berakibat lepasnya gelar juara. Norris bisa saja merasa kesal karena tidak diprioritaskan dan tidak mendapatkan bantuan dari Piastri.

Di sisi lain, Norris pun harus bisa meningkatkan performanya. Musim ini ia berhasil mendapatkan empat Pole Position, tapi tiga kali ia gagal mengonversinya menjadi kemenangan akibat buruknya start yang ia lakukan.

Idealisme yang dimiliki oleh Mclaren memang bagus, tapi rasanya kurang cocok diterapkan jika risikonya adalah membuat Norris harus mengubur mimpinya untuk menjadi juara dunia. Selisih poinnya dengan Verstappen benar-benar tipis, dengan delapan sirkuit tersisa.

Untuk gelar juara konstruktor mungkin relatif bisa direbut, mengingat bagaimana anjloknya Perez dan penurunan performa yang dialami oleh Red Bull. Sungguh, tak salah apabila Mclaren melakukan Asa Mclaren Rebut Gelar Juara dari
Red Bull Terhadang Papaya Rules

untuk memastikan gelar juara dunia pembalap diraih oleh Norris.


Sumber Featured Image: F1

Continue Reading

Olahraga

Musim Baru, Pemain Baru, MU-nya Masih Sama

Published

on

By

Setiap awal musim, para penggemar Manchester United (MU) di seluruh dunia menaruh harapan yang besar untuk klubnya. Tak sedikit yang menyebutkan kalau musim ini akan terjadi tsunami trofi, yang sayangnya hingga saat ini belum pernah terjadi.

Musim ini pun begitu, dan tampaknya hasilnya juga akan sama saja seperti musim-musim sebelumnya. Bagaimana tidak, liga baru berjalan tiga pertandingan, MU sudah menelan dua kali kekalahan.

Kekalahan yang terbaru terasa lebih menyakitkan karena didapatkan dari rival abadinya, Liverpool, dengan skor telak 0-3. Padahal di awal musim, MU tampak meyakinkan setelah Sir Jim Ratcliffe dan INEOS melakukan banyak perubahan, termasuk membeli pemain yang tepat.

Gebrakan yang Dibuat Sir Ratcliffe di Awal Musim

Sir Ratcliffe Pusing Melihat Permainan MU (Goal)

Beberapa tahun terakhir, MU kerap ditertawakan karena sering membeli pemain overpriced. Padahal, pemain yang dimiliki memiliki kualitas yang biasa-biasa saja. Contoh mudahnya adalah Jadon Sancho dan Antony.

Di musim ini, MU tampak telah belajar dari kesalahan tersebut dengan melakukan pembelian pemain yang masuk akal. Tidak hanya itu, pembelian yang dilakukan juga melihat kebutuhan tim, posisi mana yang membutuhkan pemain baru.

Berikut adalah daftar pemain baru MU, tidak termasuk pembelian pemain muda yang tidak masuk ke dalam tim ini:

  1. Leny Yoro (LOSC Lille | €62.00m)
  2. Manuel Ugarte (Paris Saint-Germain | €50.00m)
  3. Matthijs de Ligt (Bayern Munich | €45.00m)
  4. Joshua Zirkzee (Bologna FC | €42.50m)
  5. Noussair Mazraoui (Bayern Munich | €15.00m)

MU punya permasalahan besar di lini belakang, yang bisa dilihat dari defisitnya selisih gol mereka di musim kemarin. Oleh karena itu, Penulis mengapresiasi langkah manajemen MU yang baru di bawah Sir Ratcliffe yang mendatangkan dua bek, satu bek kanan, dan satu gelandang bertahan.

Dari sisi kepelatihan, ada beberapa perombakan. Yang paling fenomenal tentu saja mendatangkan mantan striker legendaris MU, Ruud van Nisterlooy, untuk menjadi asisten Erik Ten Hag.

Sir Ratcliffe juga menyebutkan akan memperbaiki fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh MU, termasuk stadion dan markas latihan. Dengan langkah-langkah tersebut, wajar jika penggemar MU menjadi banyak berekspetasi ke klub yang belakangan sering menyakiti mereka ini.

Ternyata MU Tetap Melawak

MU Bikin Penggemarnya Garuk-Garuk Kepala (The Independent)

Penulis menonton ketiga pertandingan MU di awal musim ini, bahkan rela tetap berlangganan Vidio meskipun biayanya bertambah cukup banyak. Penulis secara pribadi penasaran dengan perubahan seperti apa yang akan terjadi di musim ini.

Ternyata, memang perubahan itu tidak bisa terjadi secara instan. MU bisa dibilang tampil cukup buruk dalam tiga pertandingan pertamanya. Kemenangan pertamanya melawan Fulham tidak terlalu impresif, bahkan gol yang dicetak Zirkzee terjadi menjelang pertandingan berakhir.

Saat melawan Brighton, Penulis sudah feeling hasilnya akan kurang baik karena MU kerap kalah ketika berhadapan dengan tim ini. Benar saja, Brighton berhasil menang 2-1 melalui gol di injury time.

Penulis benar-benar tak habis pikir dengan gol Joao Pedro yang dicetak pada menit 90+5. Saat proses gol terjadi, benar-benar tidak ada satu pun pemain yang menjaganya sehingga ia bisa menyundul bola dengan mudahnya ke gawang Onana.

Puncaknya tentu saja ketika MU dibabat habis oleh Liverpool di kandang. Dua blunder yang dilakukan oleh Casemiro membuat Liverpool berhasil unggul 2-0 di babak pertama melalui sontekan Luis Diaz. Permainan Casemiro di pertandingan tersebut memang benar-benar parah.

Ten Hag bereaksi cepat dengan menggantinya dengan pemain muda Toby Collyer di babak kedua, tapi tetap saja level permainan MU seolah berada jauh di bawah Liverpool. Bahkan, Mainoo juga melakukan blunder yang akhirnya dimanfaatkan dengan baik oleh Salah.

Jika ditanya apa yang salah dengan MU, jujur Penulis sendiri pun tidak bisa menjawabnya. Jika pertanyaan serupa diajukan ke penggemar Chelsea, mungkin mereka bisa menjawab manajemen di era Todd Boehly benar-benar membuat tim menjadi amburadul.

Nah, MU ini manajemen udah mulai dirombak, staf kepelatihan diganti, pemain bagus didatangkan, stadion dan fasilitas diperbaiki. Kalau semuanya baru, lantas mengapa MU tetap seperti musim-musim sebelumnya yang enggak jelas mainnya?

Memang semua butuh proses, tapi penggemar MU pasti akan mengatakan prosesnya sudah terlalu lama. Memang kita harus move on dari masa-masa keemasan Sir Alex Ferguson, tapi ya ga sebobrok ini juga. MU ini tim bola yang penuh dengan sejarah.

Entah sampai kapan ujian ini akan terus berlangsung bagi penggemar MU. Satu yang pasti, mayoritas penggemar MU itu setia. Meskipun disakiti berkali-kali, kami akan tetap mendukung MU. Tentu, sesekali sambil misuh karena saking kesalnya.


Lawang, 2 September 2024, terinspirasi setelah menonton kekalahan MU atas Liverpool

Foto Featured Image: The Independent

Continue Reading

Olahraga

Kemenangan Perdana yang Awkward Bagi Oscar Piastri di Formula 1

Published

on

By

Penulis selalu menyukai jika ada pembalap Formula 1 (F1) yang berhasil meraih kemenangan perdananya. Di musim ini, Penulis sangat berharap kalau Oscar Piastri dari McLaren berhasil meraih kemenangan perdananya, setelah penampilan konsistennya di musim lalu.

Apalagi, musim 2024 juga seru karena dalam 12 balapan yang telah berlangsung, sudah ada enam pembalap berbeda yang berhasil menjadi juara. Tentu menarik jika ada pembalap ketujuh yang berhasil menjadi juara, apalagi yang belum pernah seperti Piastri.

Nah, harapan tersebut ternyata terwujud pada hari ini (21/7) ketika Piastri berhasil menjuarai GP Hungaria. Namun, kemenangan tersebut menjadi terasa awkward karena kesalahan strategi yang dilakukan oleh timnya.

Hampir Terulangnya Peristiwa Multi 21 oleh McLaren

Untung Saja Tidak Ribut (PlanetF1)

Sejak babak kualifikasi, McLaren sudah terlihat akan mendominasi GP Hungaria, karena Lando Norris dan Oscar Piastri berhasil start dari posisi 1-2. Di belakang mereka ada Max Verstappen dari Red Bull, yang entah mengapa mobilnya selama beberapa balapan terakhir terlihat underperform.

Balapan sudah terlihat akan “kacau” sejak tikungan pertama, karena Norris kehilangan posisinya saat berduel dengan Verstappen. Piastri pun berhasil mengambil alih pimpinan balapan selama berlap-lap.

“Drama” dimulai ketika sesi pit kedua, di mana McLaren memutuskan untuk meminta Norris untuk pit terlebih dahulu. Alasannya, agar Norris bisa menahan laju Lewis Hamilton dan mengamankan kemenangan Piastri.

Masalahnya, sebenarnya jarak Hamilton dengan para pembalap McLaren sebenarnya masih relatif jauh, sehingga muncul kesan kalau memang tim menginginkan Norris yang menang demi bisa mendekat ke Verstappen.

Benar saja, saat Piastri pit, Norris berhasil mengambil alih pimpinan balapan. Ia seolah berhasil melakukan strategi undercut untuk menyalip rekan setimnya sendiri. Alhasil, radio tim McLaren pun menjadi penuh drama setelah kejadian ini.

Di radio, tim meminta Norris untuk memberikan kembali posisi pertama kepada Piastri, mungkin karena menyadari kesalahan strategi yang tidak menguntungkan Piastri yang sejatinya sudah mengemudi dengan baik sepanjang balapan.

Norris awalnya tampak enggan, apalagi pace-nya jauh lebih cepat dari Piastri karena jaraknya sempat mencapai 7 detik. Namun, di tiga lap terakhir, akhirnya Norris menuruti team order tersebut dan memberikan kemenangan perdana bagi Piastri.

Kemenangan Pertama Jadi Terasa Awkward (SuperSport)

Kemenangan ini pun terasa sedikit awkward bagi Piastri. Di radio setelah finis, ia terdengar kurang bersemangat dan langsung meminta maaf! Mungkin ia sendiri merasa bersalah dengan apa yang telah terjadi, karena sepertinya ia adalah tipe orang yang gak enakan.

Sorry, I made this all a lot more painful than it needed to be,” ungkap Piastri di radio begitu berhasil finis di posisi pertama.

Norris pun bisa dibilang tidak bersalah sama sekali. Ia hanya melakukan tugasnya sebagai pembalap untuk memacu kendaraannya sekencang mungkin. Apalagi, ia juga sedang mengejar Verstappen mati-matian untuk menjadi juara musim ini.

Kesalahan murni terdapat pada strategi McLaren, yang seharusnya memasukkan Piastri ke pit terlebih dahulu sebelum Norris. Untungnya, Norris bisa menahan egonya dan menuruti perintah tim, tidak seperti Verstappen beberapa tahun lalu.

Keputusan Norris mungkin bijaksana, mengingat musim 2024 masih berjalan setengah. Bisa jadi di balapan-balapan selanjutnya, Norris membutuhkan “jasa” Piastri untuk bisa membantunya mengejar poin yang dimiliki oleh Verstappen.

Kejadian seperti ini pun membuat kita teringat pada peristiwa “Multi 21” antara Mark Webber dan Sebastian Vettel. Saat itu, Vettel disuruh mengalah dan membiarkan Webber menang, tapi perintah tersebut diabaikan oleh Vettel dan membuat hubungannya dengan Webber memanas.

Beberapa Rekor Setelah GP Hungaria

GP yang Rasanya Campur Aduk (Business Today)

Oscar Piastri berhasil mencatatkan namanya sebagai pembalap ke-115 sepanjang sejarah F1 yang berhasil keluar menjadi juara. Raihan ini menjadi lebih istimewa karena kemenangan ini berhasil ia raih di musim keduanya di F1.

Rasanya, keputusan untuk menerima pinangan McLaren dibandingkan Alpine menjadi keputusan terbaik yang pernah diambil oleh Piastri dalam hidupnya. Bisa dibayangkan seandainya ia debut untuk Alpine, kemenangan perdanya di F1 tidak akan ia raih secepat ini.

Meskipun kemenangan perdananya terasa awkward, sebenarnya Piastri sangat layak mendapatkan kemenangan ini. Ia yang terlihat selalu kalem berhasil memberikan penampilan yang konsisten selama ini, sehingga memang tinggal menunggu waktu saja hingga ia meraih kemenangan perdananya.

Piastri berhasil menjadi pembalap ketujuh yang berhasil menang di musim ini, setelah Max Verstappen, Carlos Sainz, Lando Norris, Charles Lelcrec, George Russel, dan Lewis Hamilton. Hal seperti ini terakhir terjadi pada musim 2012 silam.

Selain kemenangan Piastri, Lewis Hamilton juga berhasil mencuri perhatian dengan meraih podium ke-200 sepanjang kariernya dengan meraih podium ketiga. Ia berhasil melalui pertarungan yang keras dari Verstappen, yang terlihat kembali ke mode default-nya.

Semoga saja keseruan F1 musim ini akan terus berlanjut di balapan-balapan selanjutnya, di mana Verstappen dan Red Bull tidak lagi terlalu mendominasi. Tentu menarik dinanti apakah akan ada pembalap lain yang bisa menang balapan.


Lawang, 21 Juli 2024, terinspirasi setelah menonton GP Hungaria

Foto Featured Image: F1

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan