Pengalaman
Whathefan adalah Investasi Saya

Rasanya semenjak pandemi Covid-19 menyeruak, seruan untuk berinvestasi semakin banyak. Munculnya perubahan yang mendadak seolah mengingatkan kalau kita butuh dana darurat di saat-saat darurat seperti pandemi sekarang.
Pilihannya pun beragam, mulai saham hingga reksadana. Penulis termasuk salah satu orang yang mempelajari dan mulai “bermain” investasi di berbagai platform. Penulis sadar investasi menjadi hal yang penting, apalagi nilai uang makin lama makin turun.
Hanya saja, bentuk investasi tidak hanya itu. Membuka bisnis sendiri juga bentuk investasi. Menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi juga bentuk investasi. Beramal dan berbuat baik juga bentuk investasi.
Bagi Penulis, blog Whathefan ini pun merupakan bentuk investasi yang berharga. Selain sebagai portofolio, blog ini juga terbukti telah membantu Penulis untuk mendapatkan pekerjaan hingga dua kali.
Awal Mula Whathefan

Penulis telah menceritakan sedikit awal mula nama Whathefan. Secara singkat, keinginan untuk membuat blog berawal ketika Penulis sedang mempersiapkan diri untuk tes IELTS di Kampung Inggris, Pare, Kediri.
Salah seorang teman mengatakan bahwa memiliki blog pribadi akan menjadi salah satu nilai tambah jika ingin mendapatkan beasiswa. Berhubung Penulis juga suka menulis, maka Penulis pun membeli domain dan hosting whathefan.com pada tanggal 2 Januari 2018.
Penulis memilih Niagahoster karena memiliki layanan purnajual yang baik. Ketika memiliki software house bersama teman-teman kuliah, Penulis selalu membeli domain dan hosting di sana dan bisa dibilang tidak pernah mengecewakan.
Waktu itu, Penulis mengambil paket Pelajar yang sedang promo domain gratis. Kalau tidak salah, waktu itu Penulis membelinya dengan harga 600 ribuan. Selain itu, Penulis membeli tema WordPress seharga 700 ribuan yang sudah lama tidak Penulis gunakan.
(Tema yang sedang diterapkan di Whathefan sekarang adalah tema premium dari Envato Market. Penulis mendapatkannya secara gratis berkat bantuan seorang kawan.)
Setelah itu, Penulis harus membayar biaya hosting tahunan sebesar Rp777.600,00 belum termasuk PPN 10%. Biaya tersebut tentu tidak murah, apalagi Penulis tidak bisa mengandalkan AdSense-nya yang hingga artikel ini ditulis baru menyentuh angka 240 ribu setelah berjalan tiga tahun.
Jika tidak menghasilkan, di mana letak investasinya?
Portofolio Daring

Di tahun pertama Whathefan Penulis berhasil memproduksi 302 tulisan dalam satu tahun. Jumlah tersebut berkurang hampir setengahnya pada tahun 2019 karena Penulis hanya menghasilkan 189 tulisan. Tahun 2020 lebih sedikit lagi, hanya 140 tulisan.
Meskipun dari tahun ke tahun jumlah artikel yang ditulis makin sedikit, setidaknya jumlah sudah cukup untuk menunjukkan kalau Penulis termasuk produktif menulis. Selain itu, dengan banyaknya tulisan yang sudah dibuat artinya keterampilan menulisnya (seharusnya) juga terus meningkat.
Selain karena ridho Tuhan dan doa orang tua, blog ini juga membantu Penulis untuk mendapatkan pekerjaan. Ketika di Mainspring Indonesia (sekarang Main Games Indonesia), Penulis hampir tidak diloloskan dari tahap wawancara pertama karena dianggap kurang pengalaman oleh orang HRD.
Hanya saja, orang HRD satunya ingin memberikan kesempatan karena blog yang Penulis miliki. Fakta ini Penulis ketahui setelah masuk dan menjadi cukup dekat dengan orang-orang HRD di sana. Tentu hal ini menimbulkan kebanggaan tersendiri.
Di kantor yang baru (UP Station, grup dari UniPin), ternyata salah satu alasan Penulis diterima sebagai Gaming Editor adalah karena Whathefan ini. Ketika sudah bergabung, atasan Penulis bercerita kalau dirinya berusaha meyakinkan Vice President-nya untuk menerima Penulis karena blog ini.
Oleh karena itu, Penulis menganggap kalau Whathefan ini adalah salah satu investasi Penulis yang berhasil. Alhamdulillah.
Penutup
Penulis yang memang passion-nya di dunia penulisan merasa beruntung karena memiliki blog pribadi sebagai wadah untuk berkreasi, mengasah kemampuan, sekaligus portofolio daring. Blog ini telah menjadi investasi yang berhasil, setidaknya bagi Penulis.
Para Pembaca sekalian mungkin juga memiliki bentuk investasi lain yang tidak kalah menarik. Jika ada, bolehlah kita saling sharing agar Penulis mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi.
Lawang, 8 April 2021, terinspirasi setelah mendengar kalau salah satu alasan Penulis diterima di kantor baru adalah karena blog ini
Pengalaman
Saya Berlibur ke Jakarta Selama 5 Hari (Bagian 2)

Sudah tiga bulan berlalu sejak Penulis menulis bagian pertama dari tulisan ini, jeda yang sangat panjang. Padahal, Penulis berlibur ke Jakartanya saja sudah mulai Februari. Entah mengapa seolah tidak ada niatan untuk menyelesaikan tulisan ini.
Namun, hari ini Penulis membulatkan tekad untuk menyelesaikan artikel ini, untuk mengurangi tanggungan tulisan yang belum selesai. Apalagi, ada kekhawatiran Penulis keburu lupa jika tidak segera menuliskannya.
Oleh karena itu, berikut adalah lanjutan dari cerita Penulis ketika berlibur ke Jakarta pada hari ketiga, keempat, dan kelima. Jika dibandingkan dengan hari pertama dan kedua, jadwal yang Penulis miliki tidaklah terlalu padat.
BACA JUGA: Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Merantau ke Jakarta
Hari Ketiga, Jumat, 17 Februari 2023

Pada hari ketiga, untuk pertama kalinya dalam dua tahun bekerja, akhirnya Penulis berkesempatan untuk ngantor. Penulis berangkat dari rumah Dika setelah Jumatan menggunakan GoJek, dan itu perjalanan yang lumayan panjang.
Tentu menyenangkan karena akhirnya Penulis bisa menjejakkan kakinya di kantor setelah dua tahun full WFH. Selain itu, Penulis juga bertemu dengan rekan-rekan kerja yang belum sempat bertemu di Central Park.
Selepas jam kantor, sebenarnya Penulis diajak untuk makan malam. Hanya saja, Penulis sudah janjian dengan mantan teman kantornya yang sudah lama tidak berjumpa, Daniel. Kebetulan, kantornya dekat dengan kantor Penulis.
Awalnya kami hanya janjian makan malam bersama, tapi pada akhirnya Penulis mengajaknya untuk ikut ke rumah Dika. Cukup lama kami ngobrol dan bermain PS bersama, sebelum akhirnya Daniel undur diri karena sudah terlalu malam.
Hari Keempat, Sabtu, 18 Februari 2023

Pada hari Sabtu, sebenarnya Penulis tidak berniat untuk ke mana-mana dan ingin main PS sepuasnya bersama Dika. Namun, pada akhirnya Penulis justru pergi ke Kuningan City bersama Pandu.
Alasan utama mengapa kami berdua pergi ke sana adalah karena ada sebuah tempat yang menarik untuk penggemar board game, yakni Arkanum. Sebelumnya Penulis pernah ke sana karena pernah tes kerja untuk salah satu statiun TV, tapi waktu itu tidak membeli apa-apa.
Beda cerita dengan edisi kali ini. Niat hati hanya membeli board game King of the Dice, Penulis khilaf dan membeli cukup banyak mainan seperti action figure dan die-cast. Butuh waktu berjam-jam untuk menyeleksi mana yang akhirnya dibeli.
Sebelum balik ke tempat Dika, Penulis mampir ke kos adik yang terletak dekat dengan kos Penulis dulu. Setelah itu, Penulis juga mengunjungi apartemen Pandu untuk melihat-lihat. Barulah setelah itu kami pulang ke rumah Dika, di mana Pandu ikut menginap.
Hari Kelima, Minggu, 19 Februari 2023
Niat untuk main PS sepuasnya akhirnya dilakukan pada hari terakhir Penulis di Jakarta. Penulis juga berhasil membantai Dika di game FIFA 23 sebelum abang rentalnya mengambil PS tersebut. Setelah itu, Penulis pun bersiap untuk packing.
Kebetulan, jam keberangkatan Penulis berdekatan dengan jam kedatangan istri Dika dari Bali, sehingga Penulis mendapatkan tumpangan gratis. Dengan begitu, berakhirlah liburan Penulis ke Jakarta selama lima hari.
Penutup
Jakarta selalu memiliki tempat istimewa di hati Penulis, karena di kota inilah Penulis pertama kali merantau cukup jauh dari rumah, sekaligus menjadi tempat bekerja pertama. Maka dari itu, setiap ada kesempatan, Penulis pasti akan mampir ke Jakarta.
Mungkin akan ada peluang kalau pada akhirnya tempat kerja Penulis memutuskan untuk Work from Office (WFO), sehingga Penulis harus kembali ke Jakarta. Namun, sampai hal tersebut benar-benar terjadi, Penulis akan menikmati waktunya di rumah.
Lawang, 3 Oktober 2023, terinsirasi karena terdorong ingin segera menyelesaikan artikel liburan ini
Foto Featured Image: X
Pengalaman
Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Merantau ke Jakarta

Mungkin jika dibandingkan dengan orang lain, pengalaman merantau Penulis tidak terlalu banyak. Setelah 4 bulan merantau di Kampung Inggris, Kediri, Penulis sempat merantau ke Jakarta selama kurang lebih 2 tahun.
Jakarta memang telah lama menjadi destinasi Penulis yang sejak kecil bercita-cita untuk bekerja di kota besar. Oleh karena itu, Penulis “nekad” untuk merantau ke sana ketika sedang mencari pekerjaan dan alhamdulillah datang.
Walaupun hanya sebentar, tentu ada pengalaman pribadi Penulis yang bisa dibagikan untuk para Pembaca yang mungkin baru akan merantau ke Jakarta. Pada tulisan kali ini, Penulis ingin sedikit berbagai mengenai apa yang perlu dipersiapkan sebelum merantau ke Jakarta.
Mempersiapkan Barang yang akan Dibawa ke Jakarta

Berdasarkan pengalaman Penulis, pastikan hanya membawa barang yang penting-penting saja ketika merantau. Hal ini untuk memudahkan mobilitas kita di Jakarta, terutama jika kita akan berpindah tempat tinggal.
Kalau Penulis sendiri, dulu membawa satu tas ransel untuk laptop dan barang-barang penting lainnya, serta satu koper untuk pakaian-pakaian. Barang yang sekiranya bisa dibeli di Jakarta, sebaiknya ditinggal di rumah.
Barang yang menurut Penulis wajib dibawa adalah pakaian, alat mandi, alat sholat, obat-obatan, ponsel beserta aksesorisnya, dan laptop jika ada. Tentu saja dompet beserta kartu-kartunya juga wajib dibawa.
Sewaktu di Jakarta, Penulis membeli cukup banyak barang seperti rak, hanger, toples, setrika, magic jar, dan lain-lain. Alhasil, sewaktu meninggalkan Jakarta, Penulis harus dijemput menggunakan mobil karena barangnya menjadi sangat banyak.
Menentukan di Mana Kita akan Tinggal di Jakarta

Awal dari Penulis merantau ke Jakarta adalah karena menjadi volunteer Asian Games 2018. Karena ditempatkan di Bekasi, Penulis pun ngekos di sana selama satu bulan. Setelah itu, Penulis tinggal sementara di rumah tante di daerah Grogol, sebelum akhirnya kos sendiri.
Nah, penentuan tempat tinggal ini menjadi salah satu hal yang perlu disiapkan sebelum merantau. Pilih tempat yang dekat dengan tujuan kita merantau untuk menghemat biaya akomodasi selama merantau.
Selain itu, kita juga harus memastikan kalau tempat tersebut dekat dengan berbagai tempat seperti tempat makan, laundry, apotek, sarana transportasi umum, tempat ibadah, dan lain sebagainya.
Sewaktu kos di daerah Kebayoran Lama, Penulis sangat bersyukur karena mendapatkan tempat yang dekat dengan segala macam, bahkan termasuk mal. Jika butuh apa-apa, Penulis tinggal berjalan kaki dan tidak perlu mengeluarkan uang untuk transportasi.
Memahami Alur Transportasi di Jakarta

Sebagai anak rantau, transportasi umum jelas menjadi senjata utama ketika akan berpergian mengelilingi Jakarta. Apalagi, Jakarta juga memiliki banyak pilihan transportasi umum yang relatif terjangkau dan bisa menjangkau hampir semua lokasi strategis.
Masalahnya, alur transportasi Jakarta bisa terlihat “mengerikan” bagi pendatang, baik itu TransJakarta (TJ) maupun Kereta Rel Listrik (KRL). Untuk memahami peta rutenya, kita perlu memahami nama-nama daerah di Jakarta yang ada di peta rutenya.
Sederhananya, satu rute pasti memiliki warna yang sama. Jika tempat tujuan kita tidak dilewati oleh warna tersebut, artinya kita perlu transit dan berpindah rute. Tempat transit biasanya memiliki lambang khusus atau dilewati oleh beberapa warna.
Jangan segan bertanya ke petugas untuk memastikan halte/lajur yang kita ambil benar, mereka pasti dengan senang hati akan membantu kita. Selain itu, pastikan untuk memiliki e-money karena semua transportasi Jakarta menggunakan kartu ini.
Kalau mau cara yang praktis, memang bisa naik ojek atau taksi online. Namun, biaya yang dikeluarkan akan membengkak dan kita pun jadi harus merasakan bagaimana macet dan panasnya Jakarta.
Mengetahui Bagaimana Mengelola Keuangan di Jakarta

Biaya hidup di Jakarta jelas lebih tinggi dibandingkan di daerah. Oleh karena itu, kita harus benar-benar bijak dalam mengelola keuangan kita. Gaji pertama Penulis di Jakarta hanyalah 4 juta, dan itu cukup untuk sebulan, bahkan masih bisa disisihkan.
Salah satu “sumber” utama yang menguras uang adalah makanan. Jangan terlalu sering membeli makanan yang mahal, termasuk ngopi di kafe elit. Penulis merasa tertolong dengan adanya warteg di mana-mana, karena dengan 7 ribu saja sudah bisa kenyang.
Jika punya waktu (dan tidak malas), lebih baik mencuci baju sendiri dibandingkan laundry yang biayanya sekitar 8 ribu per kg. Penulis sendiri selama di Jakarta benar-benar tergantung laundry karena pada dasarnya malas mencuci.
Seperti yang sudah Penulis singgung di atas, murah dan lengkapnya transportasi umum di Jakarta juga sangat memudahkan Penulis untuk menghemat uang. Sebisa mungkin, hindari naik ojek/taksi karena biayanya lebih mahal.
Untuk barang-barang komplementer, sebisa mungkin jangan beli jika tidak kepepet. Jakarta memiliki banyak mal, sehingga godaan untuk belanja jelas sangat tinggi. Untuk itu, kita harus pandai menahan godaan belanja tersebut.
Merencanakan Eksplorasi Jakarta Sejauh Mungkin

Ketika sudah berhemat dan masih ada sisa uang, Penulis sarankan digunakan untuk eksplorasi Jakarta! Ada banyak tempat menarik yang wajib dikunjungi di Jakarta, seperti kawasan Kota Tua, berbagai museum, mal untuk cuci mata, dan lain sebagainya.
Penulis bahkan pernah dengan sengaja naik TJ untuk literally keliling Jakarta. Selama perjalanan, Penulis mengamati apa saja yang terlintas. Melakukan eksplorasi seperti ini juga membantu kita bisa nyambung ketika ngobrol dengan teman-teman Jakarta.
Bahkan setelah 2 tahun di sana, masih ada banyak tempat menarik yang belum sempat Penulis kunjungi. Salah satu cita-citanya yang belum tercapai adalah mengunjungi Sea World untuk melihat ikan-ikan.
Mencari Kawan Baru, Tetap Terkoneksi dengan Kawan Lama

Agar kerasan di Jakarta, tentu kita membutuhkan kawan-kawan baru. Penulis sangat merasa bersyukur karena selama di Jakarta, Penulis menemukan banyak teman yang satu frekuensi di kantor dan masih tetap terhubung hingga sekarang.
Selama masih positif, kita juga perlu untuk ikut segala kegiatan bersama kawan-kawan baru tersebut. Ini juga bisa menjadi kesempatan untuk bisa eksplor Jakarta lebih luas dan jauh lagi. Kita juga jadi bisa belajar culture Jakarta lebih baik lagi.
Selain itu, kita juga harus tetap terkoneksi dengan kawan-kawan lama dan keluarga melalui berbagai aplikasi yang ada di ponsel. Jujur, ini menjadi hal yang sangat membantu Penulis ketika merasa kangen rumah dan kesepian.
EKSTRA: Menjaga Prinsip Selama Hidup di Jakarta

Sebagai orang yang baru merantau, jelas ada banyak culture shock ketika Penulis di Jakarta. Botol anggur merah (amer) dan vodka di meja kerja seolah menjadi hal yang biasa. Jam makan siang digunakan untuk wik-wik di kos pacar juga dianggap lumrah.
Tanpa bermaksud judgemental, hal-hal semacam itu bertentangan dengan prinsip hidup Penulis. Untuk itu, menjaga prinsip hidup selama di Jakarta juga menjadi hal yang sangat penting agar kita bisa bertahan hidup di Jakarta.
Jika tidak bisa menjaga prinsipnya, mungkin Penulis akan dengan mudahnya “terjerumus”. Mong, tempat pijat++ tinggal menyeberang dari tempat kos Penulis. Mong, tempat jualan berbagai minuman keras Penulis lewati setiap pulang kantor.
Penulis juga merasa bersyukur karena tidak dijerumuskan oleh teman-temannya, malah dirinya merasa “dilindungi” karena mereka mampu menghargai prinsip hidup Penulis. Kami saling menghargai keputusan satu sama lain.
***
Kurang lebih seperti itulah yang butuh dipersiapkan sebelum merantau ke Jakarta. Penulis sendiri masih menyimpan harap kalau suatu saat bisa kembali merantau ke ibu kota, walaupun tidak dalam waktu dekat.
Semoga tulisan ini bisa membantu para Pembaca sekalian yang memang berencana atau sudah merantau ke Jakarta. Jika ada yang ingin didiskusikan lebih lanjut, feel free untuk menghubungi Penulis.
Lawang, 22 Agustus 2023, terinspirasi untukmu
Foto Featured Image: Dids
Pengalaman
Saya Berlibur ke Jakarta Selama 5 Hari (Bagian 1)

Semenjak meninggalkan Jakarta pada bulan Oktober 2021, Penulis belum pernah ke Jakarta lagi karena memang tidak ada urgensi yang mewajibkan kembali. Apalagi, pekerjaan Penulis yang sekarang masih Work from Home (WFH).
Banyak teman Penulis di Jakarta yang kerap menanyakan “Kapan ke Jakarta, Fan?”, sehingga muncul keinginan untuk ke Jakarta demi bisa bertemu dengan mereka. Namun, besarnya biaya yang harus dikeluarkan membuat Penulis belum bisa merealisasikannya.
Nah, pada bulan Februari 2023 kemarin, ketika sedang ngobrol di chat dengan salah satu teman bernama Dika, Penulis mendapatkan tawaran untuk tidur di rumahnya karena istrinya sedang ada acara di Bali selama 5 hari.
Karena ada kesempatan tersebut, Penulis pun langsung mengambilnya dan memutuskan untuk liburan ke Jakarta. Tidak hanya bertemu dengan teman-teman lama, akhirnya Penulis juga bertemu dengan teman-teman kantor barunya untuk pertama kalinya.
Hari Pertama, Rabu, 15 Februari 2023
Dengan alasan efisiensi, Penulis memutuskan untuk berangkat (dan pulang ) menggunakan pesawat terbang. Untuk alasan yang sama, Penulis juga menggunakan GoCar dari bandara Soekarno-Hatta ke rumah Dika dibandingkan naik kendaraan umum.
Rumah Dika yang berlantai dua ada di daerah Bintaro, di sebuah kluster mini yang konsepnya baru bagi Penulis. Ketika sampai di rumahnya, Penulis mendapatkan house tour dan waktu untuk istirahat sejenak.
Sorenya, Penulis pergi ke rumah tante yang ada di daerah Grogol, Jakarta Barat. Tidak lama, hanya sekitar dua jam karena malamnya Penulis udah punya janji untuk nonton Ant-Man and the Wasp: Quantumania bersama teman-teman kantornya di Central Park.
Banyak Cerita di Central Park

Nah, pertemuan ini adalah pertemuan perdana Penulis dengan teman-teman kantornya setelah dua tahun. Rasanya sedikit aneh karena selama ini Penulis hanya bersua secara digital, tapi tentu menyenangkan akhirnya bisa bertemu dengan mereka secara langsung.
Seusai nonton, Penulis terpaksa harus skip dari makan malam bersama teman-teman kantor karena teman Penulis bernama Kevin telah menanti di Starbucks Central Park. Setelah membicarakan beberapa hal, Penulis membeli makan di Indomaret sebelum memesan GoJek.
Nah, ada yang menarik dari abang GoJek-nya. Jadi, sebenarnya ia akan menyusul istrinya yang bekerja di Sushi Tei, tapi karena ada order-an masuk, akhirnya tetap ia ambil. Sepanjang perjalanan, ia bercerita tentang pelanggan-pelanggan nakal yang pernah ditemui istrinya.
Beberapa yang Penulis ingat adalah adanya serombongan pelanggan yang tidak membayar dengan modus keluar satu per satu. Selain itu, ada pelanggan yang dengan sengaja menaruh sesuatu di makanannya agar tidak membayar. Penulis hanya bisa geleng-geleng kepala.
Hari Kedua, Kamis, 16 Februari 2023
Awalnya, Penulis hanya ingin mengambil cuti satu hari di Rabu. Namun, setelah dipikir-pikir, rasanya sayang jika menggunakan harinya di Jakarta hanya untuk bekerja. Untuk itu, Penulis pun memilih menambah cutinya keesokan harinya.
Cuti tersebut Penulis manfaatkan sebaik-baiknya untuk berjalan-jalan, yang sayangnya hanya ke mall-mall yang dulu sering Penulis kunjungi: Pondok Indah Mall (PIM), Gandaria City (Gancit), dan Grand Indonesia (GI).
Pondok Indah Mall

Penulis nebeng Dika ketika ia akan berangkat ke kantornya. Karena yang searah adalah PIM, maka Penulis menuju ke sana terlebih dahulu. Apalagi, sekarang ada PIM baru yang dulu belum ada sewaktu Penulis masih berdomisili di Jakarta.
Ketika menjelajahi PIM baru, Penulis berhenti cukup lama di Kidz Station karena ada banyak mainan menarik. Salah satunya adalah model kit dari Batmobile film The Dark Knight. Namun, Penulis mengurungkan niatnya dan hanya membelikan mainan Pokemon utuk adik Penulis.
Penulis juga mampir ke Toys Station dan membeli die-cast Lamborghini. Penulis hampir membeli board game di sini, tapi masih bisa menahan diri. Penulis juga berputar-putar sebentar di Gramedia dan Periplus, di mana Penulis hampir membeli puzzle Sherlock Holmes.
Tujuan utama Penulis ke PIM adalah mengunjungi Multitoys, toko mainan favorit Penulis waktu di Jakarta. Sayangnya, ternyata tokonya sudah pindah. Merasa sedikit kecewa, Penulis pun melanjutkan perjalanan ke Gancit.
Gandaria City

Apa yang Penulis lakukan di Gancit adalah murni ingin bernostalgia, karena dulu Penulis hampir setiap hari ke sana berhubung kantornya memang nempel dengan mall-nya. Penulis juga makan di tempat ramen favoritnya, RamenYa!.
Penulis menyempatkan diri mampir ke Group Play, toko board game di Gancit di mana dulu Penuls sering menemani temannya ke sini. Penulis dilayani dengan baik oleh dua mbak-mbak yang menjaga tempatnya, bahkan hampir membeli board game Unstable Unicorn.
Namun, tiba-tiba seseorang yang tampaknya bos dari Group Play datang dan mengajak rapat pegawainya. Dari yang Penulis dengar, tampaknya mereka akan pindah dari Gancir. Rapat itu cukup lama dan Penulis merasa “dikacangi”, sehingga akhirnya memutuskan untuk pergi.
Grand Indonesia dan Chillax Sudirman

Dari Gancit, Penulis naik GoJek menuju ke Stasiun MRT Blok M karena destinasi selanjutnya adalah GI. Alasan utama mengapa Penulis pergi ke sana adalah karena sudah janjian dengan Sofri, teman kuliahnya dulu yang kini menjadi seorang tentara dan ditempatkan di Jakarta.
Penulis akhirnya membeli board game Unstable Unicorn di GI (kebetulan ada) dengan harga Rp430 ribu. Setelah itu, Penulis menunggu Sofri di Koi, lantas ditraktir makan di food court. Sayangnya pertemuan tersebut hanya sebentar, karena Penulis sudah memiliki janji lainnya.
Setelah dari GI, Penulis menuju Chillax Sudirman untuk bertemu dengan teman-teman lamanya, yang terdiri dari Naufal, Ka Dini, Ka Tania, Agung, dan Eky. Dika pun bergabung karena kantornya juga berada di daerah yang sama. Kami pun mengobrol santai cukup lama.
***
Dua hari pertama Penulis di Jakarta terasa sangat padat karena Penulis memang ingin memaksimalkan waktunya dengan sebaik mungkin. Ada banyak tempat yang ingin dikunjungi, ada banyak teman yang ingin ditemui.
Di tiga hari yang tersisa di Jakarta, Penulis memutuskan untuk agak selow karena merasa harus menjaga fisiknya dengan baik. Namun, bukan berarti tidak ada kejadian menarik. Penulis akan membahasnya di tulisan berikutnya.
Lawang, 1 Juli 2023, terinspirasi karena ingin menyelesaikan artikel mengenai liburannya ke Jakarta yang telah tertunda berbulan-bulan
Foto Featured Image: USINDO
-
Anime & Komik4 bulan ago
Rame-Rame Ganti Foto Profil Luffy Gear 5
-
Film & Serial4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Menonton Oppenheimer
-
Tokoh & Sejarah4 bulan ago
Bagaimana Oppenheimer (Secara Tidak Langsung) Membantu Indonesia Merdeka
-
Buku5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca The 5 AM Club
-
Pengembangan Diri3 bulan ago
Belajar Melepas Perasaan Bersalah dari Kosan 95
-
Film & Serial4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Menonton Secret Invasion
-
Anime & Komik3 bulan ago
Pemimpin Boneka ala Mizukage Keempat
-
Renungan4 bulan ago
Bagaimana Jika Perang Nuklir Benar-Benar Terjadi?
You must be logged in to post a comment Login