Connect with us

Pengalaman

Dulu Kerja di Mana?

Published

on

Pertanyaan ini sering penulis dapatkan sejak tinggal dan bekerja di Jakarta dan, hehe, terkadang penulis merasa bingung harus menjawab seperti apa. Bukan karena belum pernah bekerja, melainkan karena tak tahu bagaimana harus menjelaskan perjalanan penulis setelah lulus.

Melalui tulisan ini, penulis berharap bisa memberikan jawaban yang terbaik bagi yang penasaran (jika ada). Jadi, siap-siap membaca sebuah dongeng tentang seorang anak lulusan Informatika setelah mendapatkan gelar sarjananya.

Kerja di NET TV Kayaknya Asyik

Mungkin sama seperti para lulusan lainnya, hal yang dilakukan oleh penulis setelah lulus adalah mencari beberapa lowongan pekerjaan melalui acara Job Fair. Penulis sempat ikut tes kerja Paragon dan Frissian Flag, walaupun dilakukan dengan setengah hati.

Kenapa setengah hati? Karena penulis sama sekali tidak tertarik kerja di perusahaan industri seperti itu. Penulis ingin kerja di bidang industri kreatif, media, penerbitan, atau menjadi seorang dosen. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk ikut tes kerja di NET TV, yang waktu itu sedang ramai.

Suasana Tes NET TV

Walaupun berhasil sampai tahap terakhir (wawancara), ternyata penulis belum berjodoh dengan perusahaan tersebut. Sempat depresi beberapa hari, penulis memutuskan untuk membantu ayah penulis di tempatnya bekerja.

Mencoba Meraih Impian Kembali

Kebetulan, apartemen yang hendak dibangun sedang ingin re-branding hingga perusahaan tersebut meminta bantuan konsultan marketing communication. Di bagian inilah penulis bekerja sebagai Social Media Specialist sekaligus Web Developer sekaligus Content Writer.

Sekitar empat bulan penulis bekerja di sana, mulai bulan April hingga Agustus. Alasan berhentinya, mungkin pembaca akan terkejut, adalah karena ingin fokus menyiapkan rangkaian acara peringatan 17 Agustus di tempat tinggal penulis.

BiZ Square Apartment

Sebagai ketua Karang Taruna, penulis bertanggungjawab memastikan acara akan berlangsung dengan baik, mulai dari lomba-lomba hingga malam tasyakuran. Memang ada ketua panitia, tapi tetap butuh didampingi karena masih SMA.

Selain itu, setelah diskusi panjang dengan pak Teddy (pemilik PT TDS yang menjadi konsultan marcomm di apartemen ayah penulis), penulis ingin mencoba meraih kembali cita-cita penulis untuk bisa kuliah di luar negeri.

Sewaktu awal kuliah, penulis memajang foto kampus-kampus luar negeri di depan meja penulis untuk motivasi belajar. Sayang, setelah berhadapan dengan realita, impian tersebut harus terkubur pelan-pelan. Pertemuan dengan pak Teddy membuat penulis ingin mencoba lagi untuk meraih mimpi tersebut.

Belajar Bahasa Inggris Hingga ke Pare

Salah satu syarat untuk bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri adalah memiliki sertifikat IELTS. Oleh karena itu, penulis mengambil kursus di Malang. Akan tetapi, karena merasa sangat kurang, penulis bersama satu teman kuliah penulis memutuskan untuk pergi ke kampung Inggris, Pare.

Penulis mengambil kelas khusus persiapan IELTS di TEST English School. Hanya saja, karena penulis sudah berada di Pare dua minggu sebelum kelas dibuka, penulis mengambil kursus di tempat lain dulu, yakni Global English dan Mr. Bob.

Total empat bulan penulis berada di sana, mulai akhir Agustus hingga awal Desember. Selain belajar di tempat kursus, penulis juga belajar sendiri. Penulis mengambil target akan melakukan tes pada bulan Desember 2017.

Teman Seperjuangan Pemburu Beasiswa

Sebelum mengambil tes, penulis sudah mencoba untuk mendaftar beasiswa Chevening, beasiswa bagi yang ingin melanjutkan studi di Inggris. Pada awal November, penulis ke Yogya untuk menghadiri EHEF European Fair, pameran edukasi kampus-kampus Eropa.

Chevening mengharuskan kita memilih tiga kampus ketika mendaftar, dan dua di antaranya hadir pada even tersebut. Mereka adalah University of Reading dan Manchester Metropolitan University.

Penulis banyak bertanya tentang bagaimana mendapatkan Letter of Acceptance dan lain-lain. Mereka sangat ramah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penulis. Sepulang dari Yogya, penulis mendaftar di kampus-kampus tersebut dan berhasil mendapatkan LoA conditional karena belum memiliki sertifikat IELTS.

Setelah Mendapatkan Sertifikat IELTS

Pertengahan Desember, penulis akhirnya mengambil tes IELTS di Yogyakarta. Pemilihan lokasi tes yang jauh dari rumah adalah karena dua hal: satu, mengikuti saran yang sudah pernah tes; dua, mengikuti perasaan.

Setelah menunggu hasilnya dalam waktu dua minggu (sekitar pertengahan Januari 2018), penulis mendapatkan nilai 6.5, syarat rata-rata minimum bagi pengambil beasiswa. Berkat sertifikat ini, penulis berhasil mendapatkan LoA unconditional dari University of Reading.

Kampus sudah dapat, sertifikat IELTS sudah dapat, hanya tinggal satu yang belum dapat: beasiswanya. Sayang, belum rezeki penulis untuk melanjutkan studinya di Inggris.

Henley Business School, University of Reading

Penulis memutuskan untuk mencari beasiswa lainnya. Target selanjutnya adalah New Zealand ASEAN Scholarship (NZAS). Sayang, kali ini juga belum lolos. Selanjutnya penulis mencoba beasiswa Ignacy Lukasiewicz dari Polandia, masih belum lolos juga.

Gagal tiga kali secara berturut-turut lumayan membuat penulis merasa down. Apalagi, penulis mencurahkan fokus untuk berburu beasiswa selama berbulan-bulan (selain mempersiapkan kaderisasi dan pergantian kepengengurusan Karang Taruna) hingga sama sekali tidak melirik lowongan pekerjaan yang ada.

Untunglah, penulis melamar menjadi volunteer Asian Games ketika sedang berada di Pare.

Awal Kehidupan di Jakarta

Penulis jadi kerap bolak-balik Malang-Jakarta gara-gara harus mengikuti serangkaian pelatihan sebagai volunteer. Tapi berkat itu, penulis jadi tahu sedikit-sedikit tentang lokasi-lokasi di Jakarta, karena penulis melakukan eksplorasi ketika memiliki waktu luang.

Sebelum berangkat ke Jakarta pada bulan Agustus, penulis menyelesaian beberapa urusan. Salah satunya adalah pergantian pengurus Karang Taruna, sehingga penulis bisa tenang meninggalkan organisasi yang telah dirintis sejak 2016 ini.

Terhitung mulai bulan Agustus hingga September, penulis berkonsentrasi penuh mengabdikan diri menjadi seorang volunteer. Untuk kisahnya sendiri telah penulis tulis sebanyak 7 bagian di blog ini.

Teman-Teman Volunteer

Setelah selesai menunaikan tugas, penulis memutuskan untuk tinggal di Jakarta, menumpang di rumah tante. Penulis memutuskan untuk mencari pekerjaan di Jakarta, menepikan sementara impian penulis untuk melanjutkan kuliah di luar negeri.

Dengan menerapkan metode brute force, penulis melamar kerja di berbagai tempat. Setelah satu setengah bulan, pada akhirnya penulis mendapatkan pekerjaan di Mainspring Technology sebagai Content Writer jalantikus.com.

Benang Merah Pada Perjalanan Hidup Penulis

Every cloud has a silver lining. Semua yang terjadi pasti memiliki hikmah di baliknya. Penulis percaya apa yang selama ini penulis alami dan jalani memiliki maknanya masing-masing.

Jika ditarik ke belakang, semua perjalanan hidup penulis tersambung oleh benang merah, Secara singkat, bisa dituliskan seperti ini.

Lulus -> Melamar di NET -> Gagal, sempat depresi -> Menawarkan diri untuk membantu ayah -> Bertemu dengan Pak Teddy -> Memutuskan untuk lanjut kuliah di luar negeri -> Ambil persiapan IELTS di Pare -> Diajak teman di Pare menjadi volunteer Asian Games -> Gagal mendapatkan beasiswa tiga kali -> Menjadi volunteer Asian Games di Jakarta -> Memutuskan mencari kerja di Jakarta -> Bekerja di Mainspring Technology

Selain itu, penulis memulai menulis blog juga terinspirasi dari teman di Pare. Dengan adanya blog ini, mungkin jadi bahan pertimbangan perusahaan untuk menerima penulis. Setidaknya, penulis tidak kebingungan ketika diminta untuk menyerahkan contoh portofolio.

Lantas, apakah penulis menyerah dengan impiannya untuk kuliah di luar negeri? Tentu tidak. Penulis hanya menundanya untuk sementara waktu. Mungkin, Tuhan menyuruh penulis untuk bekerja terlebih dahulu sebelum kuliah lagi.

Sekarang, penulis mau fokus melakukan yang terbaik untuk pekerjaan penulis. Penulis akan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari tempat kerja penulis. Penulis tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis, setelah melalui proses panjang tersebut.

Jika ada yang bertanya “dulu kerja di mana?” lagi, mungkin penulis akan menjawab “kawan, bersiaplah mendengarkan sebuah kisah yang cukup panjang”.

 

 

Kebayoran Lama, 29 Desember 2018, terinspirasi dari banyaknya yang mengajukan pertanyaan tersebut ke penulis

Foto: rawpixel

Pengalaman

Ini adalah Tulisan Pertama Whathefan di 2025

Published

on

By

Memulai tulisan pertama tahun 2025 di bulan Februari memang sangat terlambat. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir Penulis bisa dibilang cukup rajin dalam menulis di hari pertama pergantian tahun, walau setelah itu juga kurang bisa konsisten.

Ada beberapa alasan yang membuat Penulis “menghilang” hampir dua bulan di blog ini, tapi pada tulisan kali ini Penulis hanya akan menyebutkan satu alasan: kehilangan gairah untuk menulis, atau singkatnya bisa dibilang malas.

Tentu rasa malas itu tidak datang begitu saja, ada banyak alasan yang menyertainya. Namun, rasanya alasan-alasan tersebut tidak perlu diungkapkan. Pada tulisan kali ini, Penulis ingin melakukan beberapa refleksi saja mengenai apa yang sudah terjadi di tahun 2024 ini.

Dompet Menangis karena Membeli Banyak Perangkat

Impian yang Tercapai di 2024

Tahun 2024 adalah tahun yang berat untuk dompet Penulis. Ada banyak sekali pengeluaran, entah itu untuk kebutuhan maupun keinginan. Saking banyaknya, arus kas Penulis sepanjang 2024 jadi minus, pertama sejak terakhir kali minus pada tahun 2020.

Kalau tahun 2020 minus wajar, karena Penulis resign pada bulan September 2020, sehingga ada beberapa bulan Penulis tidak mendapatkan gaji rutin. Pemasukan dari pekerjaan sebagai freelancer tentu tidak menutup kebutuhan sehari-hari.

Nah, kalau di 2024 kemarin, minus yang terjadi murni terjadi karena banyaknya pengeluaran. Mungkin ini akan terdengar sebagai flexing, tapi Penulis di tahun yang sama membeli smartphone dan laptop baru, serta build PC dengan alasan awal “untuk bantu skripsi adik.”

Penulis memang sudah berencana untuk membeli smartphone baru di awal tahun karena merasa tidak nyaman dengan Xiaomi POCO F4, yang akhirnya Penulis berikan kepada ibu. Awalnya mengincar Samsung S24, tapi karena pakai Exynos, Penulis beralih ke iPhone 13.

Lalu ketika bulan puasa, di kala uang THR sudah masuk ke rekening, adik Penulis mengatakan bahwa dirinya butuh PC untuk menunjang skripsinya. Sebagai kakak, tentu Penulis berusaha memenuhi hal tersebut, hitung-hitung mewujudkan cita-cita untuk punya PC.

Kampretnya, setelah selesai build PC, PC tersebut justru jarang dipakai adik Penulis untuk skripsian! Pada akhirnya PC tersebut jadi perangkat utama Penulis untuk bekerja dan bermain game. Yah, setidaknya dengan demikian tidak ada penyesalan.

Menjelang akhir tahun, tepatnya di bulan Oktober, Penulis sempat iseng mampir ke Digimap. Sialnya, sedang ada promo pelajar yang memberikan potongan 500 ribu. Ditambah voucher MAP 300 ribu, Penulis akhirnya memutuskan untuk membeli laptop MacBook Air M1.

Setelah membeli laptop tersebut, laptop lama Penulis akhirnya dibeli adik Penulis (yang tadi minta di-build-kan PC!) dengan harga miring karena memang butuh laptop dengak spek yang lumayan tinggi untuk menunjang kerjaan dan skripsinya.

Memang nyesek rasanya jika mengingat berapa uang yang dikeluarkan untuk perangkat-perangkat tersebut. Memang Penulis memanfaatkan cicilan 0% dari kartu kredit, tapi tetap saja pembelian-pembelian tersebut membuat dompet Penulis menangis.

Namun, jika melihat dari sisi lain, memiliki kombo PC + MacBook merupakan cita-cita Penulis sejak zaman kuliah. Jadi, anggap saja kalau ini memang sudah saatnya untuk menuntaskan impian tersebut.

Ke Jakarta dan Semarang Dua Kali, ke Solo Satu Kali

Liburan Keluarga ke Semarang

Pengeluaran lain yang membuat arus kas Penulis minus adalah seringnya Penulis berpergian. Dalam satu tahun, Penulis dua kali pergi ke Jakarta dan Semarang, serta satu kali pergi ke Solo karena berbagai urusan.

Penulis ke Jakarta pertama kali di awal tahun 2024, karena kebetulan kantor Penulis mengadakan staycation. Setelah itu, Penulis tinggal di Jakarta kurang lebih satu bulan karena ada banyak teman yang ingin Penulis temui.

Sepulang dari Jakarta, Penulis berlibur satu keluarga ke Solo dan Semarang. Sebagai anak pertama, tentu Penulis berusaha untuk menjadi “sponsor” untuk acara liburan ini, walau tentu tidak semua pengeluaran Penulis yang menanggung.

Lantas di pertengahan tahun, Penulis harus kembali ke Jakarta. Kali ini sekeluarga, karena adik Penulis (bukan yang minta di-build-kan PC) lamaran. Karena satu keluarga, kunjungan ke Jakarta kali ini hanya sebentar.

Sepulang dari Jakarta (kami menggunakan mobil pribadi, pulang-pergi Malang-Jakarta), kami sempat mampir ke Semarang satu malam untuk istirahat sekaligus curi-curi liburan. Bisa dibilang, tahun 2024 kemarin merupakan tahun di mana Penulis keluar kota terbanyak.

Produksi Artikel Whathefan yang Meningkat

Salah satu achievement yang Penulis dapatkan di tahun 2024 adalah naiknya jumlah produksi artikel Whathefan jika dibandingkan dengan tahun 2023. Sejak pertama kali menulis di tahun 2018, jumlah artikel di blog ini memang cenderung menurun terus.

Tahun 2022 adalah penulisan blog paling sedikit sepanjang sejarah dengan 91 artikel, yang lalu meningkat sedikit menjadi 98 artikel di tahun 2023. Nah, di tahun 2024 jumlah tersebut melonjak menjadi 127 artikel.

Salah satu penyebab peningkatan ini adalah Penulis yang cukup rutin menulis, terutama di bulan Juni ketika Penulis berhasil menulis penuh satu bulan tanpa putus. Walau setelah itu kembali fluktuatif, setidaknya raihan tersebut bisa membuktikan kalau Penulis sebenarnya bisa konsisten menulis.

Biasanya, di awal tahun Penulis punya target untuk memproduksi artikel hingga 200 dalam satu tahun. Namun, mengingat artikel pertama blog ini saja baru ditulis bulan Februari, rasanya target yang realistis adalah jangan sampai produksi tahun ini lebih kecil dari tahun kemarin.

Untuk itu, mungkin akan ada penyesuaian juga agar Penulis tidak malas-malas amat dalam Penulis. Contohnya adalah penyesuaian Notion, yang entah sudah berapa bulan terbengkalai dan berisi schedule yang tak pernah dituntaskan.

Penutup

Jika dibandingkan dengan tahun 2023, tahun 2024 memang lebih dinamis (dan lebih banyak pengeluaran tentunya!). Setidaknya, satu impian Penulis akhirnya bisa dicapai, walau efeknya ke dompet juga lumayan terasa.

Di awal tahun 2025 ini, tentu Penulis berharap bisa melakukan pengetatan pengeluaran. Namun, dengan adik Penulis yang akan segera menikah pada bulan Februari, rasanya pengetatan pengeluaran ini baru bisa dilakukan ketika bulan puasa nanti.

Selain itu, sekali lagi Penulis berharap untuk bisa menjaga konsistensi dalam menulis artikel untuk blog ini. Semoga tahun ini Penulis lebih bisa mengendalikan emosi dan mood-nya, sehingga bisa sebanyak mungkin memproduksi artikel di blog ini.

Saat menulis artikel ini, Penulis sudah berada di Jakarta, menginap di kos adik yang juga merupakan kos lama Penulis. Rencananya, Penulis akan di Jakarta sekitar tiga minggu hingga acara pernikahan selesai. Semoga saja tabungan Penulis yang sudah menipis ini cukup.


Kebayoran Lama, 10 Februari 2025, terinspirasi setelah ingin mulai lebih rutin menulis di blog ini di tahun 2025

Continue Reading

Pengalaman

Ini Pengalaman Saya Menonton Video Klip “The Catalyst”

Published

on

By

Sensasi menantikan sebuah album musik akan rilis sudah lama tidak Penulis rasakan. Terakhir kali itu terjadi adalah tujuh tahun yang lalu, ketika album One More Light mengumumkan akan rilis pada 19 Mei 2017.

Setelah itu, meskipun musisi lain akan mengumumkan akan merilis album (katakanlah, One Ok Rock), Penulis tidak akan terlalu antusias menunggunya. Ketika rilis memang langsung mendengarkan, tapi tak memberikan sensasi yang sama dengan Linkin Park.

Nah, pada tanggal 15 November mendatang, Linkin Park dengan formasi baru akan merilis album pertamanya yang berjudul From Zero. Sensasi ini pun datang lagi dan membuat Penulis merasa tidak sabar ingin segera mendengarkan semua lagu dalam albumnya.

Jelang rilisnya album tersebut, Linkin Park secara bertahap telah merilis tiga single di waktu yang berbeda: “The Emptiness Machine”, “Heavy Is The Crown”, dan “Over Each Other”. Penulis berharap lagu-lagu lainnya di album ini akan mirip dengan dua single pertama.

Berbicara tentang sensasi menunggu tanggal rilis album Linkin Park, Penulis mau tidak mau jadi teringat bagaimana dulu dirinya menantikan single pertama dari album A Thousand Suns, “The Catalyst”. Itulah yang ingin Penulis bagikan pada tulisan kali ini.

Menonton Video Klip “The Catalyst” dari Televisi

Ketika Penulis menjadi penggemar Linkin Park saat SMP, band ini telah memiliki tiga album: Hybrid Theory, Meteora, dan Minutes to Midnight. Oleh karena itu, begitu mengetahui Linkin Park akan merilis album baru pada tanggal 13 September 2010, Penulis begitu bersemangat.

Waktu itu, internet belum semudah sekarang. Minimal, kita harus pergi ke warnet untuk bisa terkoneksi dengan internet, termasuk YouTube. Bahkan, untuk berita terbaru seputar musik, Penulis masih mengandalkan televisi.

Nah, melalui acara Breakout di NET TV yang dipandu oleh Boy William, Penulis jadi mengetahui kalau Linkin Park akan merilis single terbaru mereka berjudul “The Catalyst” dan mereka akan menayangkan video klipnya secara perdana.

Penulis masih ingat betul acara tersebut mulai jam tiga sore. Boy bercerita sedikit tentang perjalanan Linkin Park sebagai band sebagai selingan video-video klip lama Linkin Park. Barulah menjelang akhir acara, video klip “The Catalyst” ditayangkan.

Kesan pertama ketika menonton video klip, keren, baik dari sisi lagu maupun sinematografinya. Memang lagu ini sekarang tidak lagi masuk tier atas bagi Penulis, tapi pada waktu itu, Penulis sangat menyukainya.

Penulis juga ingat ketika itu langsung mengirim SMS ke sohibnya yang juga menonton acara tersebut, dan ia mengatakan sentuhan dari Mr. Han sebagai sutradaralah yang membuat video klip “The Catalyst” menjadi begitu keren.

Bagaimana Pengalaman Tersebut akan Sulit Terulang

Mungkin bagi sebagian orang, pengalaman menantikan album atau lagu dari musisi favoritnya masih bisa dirasakan sekarang. Namun, pengalaman menonton video klip dari single terbaru di televisi rasanya tidak akan pernah dirasakan lagi.

Dengan adanya platform YouTube dan media sosial, semua bisa menontonnya tanpa kesulitan di detik ketika video klipnya rilis. Tak perlu lagi mendengarkan Boy William menjelaskan perjalanan musisi yang sedang merilis single terbaru.

Bahkan, kita tak perlu takut lagi ketinggalan karena kita bisa mengaktifkan notifikasi apabila video klip tersebut telah rilis. Apalagi, di YouTube biasanya para musisi akan memasang countdown untuk meningkatkan hype.

Sensasi ini rasanya tidak akan pernah terjadi di era instan seperti sekarang. Lantas, apakah hal tersebut buruk? Penulis tidak tahu. Namun, karena pernah mengalami era yang tidak serba instan, Penulis jadi belajar tentang kesabaran dan menikmati proses.

Semoga generasi kini bisa mempelajari itu di era yang serba instan seperti sekarang


Lawang, 31 Oktober 2024, terinspirasi setelah teringat bagaimana dulu dirinya menonton video klip “The Catalyst”

Foto Featured Image:

Continue Reading

Pengalaman

Juni 2024 adalah Bulan Pertama Saya Menulis Tiap Hari Tanpa Putus

Published

on

By

Dalam tulisan “Ini adalah Tulisan Whathefan yang ke-1000,” Penulis telah berbagi bagaimana dirinya belakangan ini telah berusaha untuk menjaga konsistensi untuk bisa menulis satu tulisan setiap hari.

Pada tulisan yang tayang di tanggal 13 Juni 2024 tersebut, Penulis mengatakan bahwa dirinya telah menulis setiap hari tanpa putus sebanyak 19 hari. Alhamdulillah, rentetan tersebut bisa bertahan hingga hari dengan total 37 hari tanpa putus.

Lebih menariknya lagi, bulan Juni 2024 adalah pertama kalinya Penuils menulis setiap hari tanpa putus. Bulan Januari 2018 saat blog ini dimulai memang memiliki lebih dari 40 tulisan, tapi itu tak terhitung karena waktu itu Penulis memang punya beberapa stok tulisan.

Apa Saja yang Ditulis Selama Juni 2024?

Bulan Juni memiliki 30 hari, sehingga jumlah tulisan yang diproduksi pun 30 tulisan. Dalam sebulan, ada banyak tulisan yang Penulis buat dari berbagai topik. Yang jelas, biasanya di weekend Penulis akan membuat ulasan tentang buku yang telah dibaca dan melanjutkan seri board game-nya.

Selama bulan Juni, Penulis membuat ulasan lima buku, yakni A Happy Life, The Devotion of Mr. X, Contagious, Ali Sadikin, dan Hoegeng. Judul pertama dan ketiga sebenarnya sudah cukup lama Penulis baca, sehingga isinya sudah agak lupa. Kalau dua buku biografi yang ditamatkan tergolong baru.

Namun, yang paling spesial tentu novel The Devotion of Mr. X karya Keigo Hirashino. Dalam tulisan tersebut, Penulis telah membahas bagaimana novel detektif yang satu ini bisa menggiring pembacanya kepada satu kesimpulan, sebelum akhirnya di balik di akhir cerita. Novel ini sangat rekomendasi kalau suka cerita detektif.

Selain itu, Penulis juga melanjutkan board game-nya dari koleksi ke-16 hingga ke-19, yakni Bahamas, Unstable Unicorns, King of the Dice, dan Kingdomino. Seharusnya hari Minggu (30/6) kemarin giliran Modern Arts, tapi Penulis undur karena adanya kemenangan George Russel di GP Austria yang menarik.

Berbicara topik olahraga, Penulis hanya menulis dua artikel sepak bola dan tidak ada yang membahas Manchester United. Maklum, liga Eropa sedang masa rehat, dan Penulis juga entah mengapa tidak tertarik untuk mengikuti EURO 2024. Hingga hari ini, Penulis belum menonton satu pertandingan pun.

Penulis juga menulis dua artikel untuk rubrik Musik yang membahas dua grup dari genre yang berbeda, yakni Red Velvet dan Linkin Park. Penulis mencoba membuat format tier list melalui Linkin Park dan ternyata cukup menyenangkan. Mungkin, akan ada band atau musisi lain yang akan Penulis buatkan format tier list-nya.

Topik lain yang sering Penulis bahas adalah tentang Dragon Ball. Ada tiga tulisan di bulan Juni yang membahasnya, pertama tentang Future Trunks, Vegeta, dan alasan mengapa Penulis memutuskan untuk mengoleksi seri komik Dragon Ball Super. Sebenarnya, tulisan ketiga adalah alasan mengapa Penulis jadi sering menulis tentang Dragon Ball.

Penulis juga beberapa kali berbagi artikel produktivitas karena bisa menulis artikel setiap hari. Ada tiga artikel yang terkait dengan hal ini, yakni tentang Penulis yang memanfaatkan Notion dan dua artikel tentang membaca buku.

Topik-topik yang sedang panas juga Penulis bahas jika memang ada angle yang menarik, mulai dari isu dinasti politik yang memanas, bagi-bagi kursi di pemerintahan, pemain judi online yang diwacanakan mendapatkan bansos, hingga bocornya Pusat Data Nasional (PDN).

Selain yang sudah Penulis sebutkan di atas, Penulis membahas hal-hal yang sifatnya evergreen, yang biasanya Penulis gunakan sebagai pengingat untuk dirinya sendiri ketika di masa depan nanti sedang iseng-iseng membaca tulisannya sendiri.

Semoga Bukan Bulan Terakhir Bisa Menulis Tanpa Putus

Penulis tentu berharap kalau bulan Juni bukan bulan pertama dan terakhir di mana Penulis bisa menulis setiap hari di blog ini tanpa putus. Penulis berharap bisa menjaga konsistensi ini di bulan-bulan selanjutnya, karena Penulis juga pernah membahas betapa pentingnya untuk menjaga “rantai kebiasaan” jangan sampai putus.

Sejujurnya, Penulis sendiri heran mengapa dirinya yang dulu sangat mager untuk menulis bisa menjadi kembali termotivasi untuk terus menghasilkan tulisan di blog ini. Keberadaan Notion memang membantu, tapi bukan jadi motivasi utama.

Bisa jadi, salah satu yang menjadi motivasi Penulis untuk bisa rajin menulis adalah adanya apresiasi dari banyak pihak. Mungkin jumlahnya bisa dihitung dengan jari, tapi itu sudah cukup bagi Penulis. Penulis benar-benar berterima kasih kepada Pembaca yang sudah mengapresiasi blog ini.


Lawang, 1 Juli 2024, terinspirasi setelah menyadari kalau bulan Juni kemarin dirinya berhasil menulis selama 30 hari tanpa putus

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan