Pengalaman
Dulu Kerja di Mana?
Pertanyaan ini sering penulis dapatkan sejak tinggal dan bekerja di Jakarta dan, hehe, terkadang penulis merasa bingung harus menjawab seperti apa. Bukan karena belum pernah bekerja, melainkan karena tak tahu bagaimana harus menjelaskan perjalanan penulis setelah lulus.
Melalui tulisan ini, penulis berharap bisa memberikan jawaban yang terbaik bagi yang penasaran (jika ada). Jadi, siap-siap membaca sebuah dongeng tentang seorang anak lulusan Informatika setelah mendapatkan gelar sarjananya.
Kerja di NET TV Kayaknya Asyik
Mungkin sama seperti para lulusan lainnya, hal yang dilakukan oleh penulis setelah lulus adalah mencari beberapa lowongan pekerjaan melalui acara Job Fair. Penulis sempat ikut tes kerja Paragon dan Frissian Flag, walaupun dilakukan dengan setengah hati.
Kenapa setengah hati? Karena penulis sama sekali tidak tertarik kerja di perusahaan industri seperti itu. Penulis ingin kerja di bidang industri kreatif, media, penerbitan, atau menjadi seorang dosen. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk ikut tes kerja di NET TV, yang waktu itu sedang ramai.
Walaupun berhasil sampai tahap terakhir (wawancara), ternyata penulis belum berjodoh dengan perusahaan tersebut. Sempat depresi beberapa hari, penulis memutuskan untuk membantu ayah penulis di tempatnya bekerja.
Mencoba Meraih Impian Kembali
Kebetulan, apartemen yang hendak dibangun sedang ingin re-branding hingga perusahaan tersebut meminta bantuan konsultan marketing communication. Di bagian inilah penulis bekerja sebagai Social Media Specialist sekaligus Web Developer sekaligus Content Writer.
Sekitar empat bulan penulis bekerja di sana, mulai bulan April hingga Agustus. Alasan berhentinya, mungkin pembaca akan terkejut, adalah karena ingin fokus menyiapkan rangkaian acara peringatan 17 Agustus di tempat tinggal penulis.
Sebagai ketua Karang Taruna, penulis bertanggungjawab memastikan acara akan berlangsung dengan baik, mulai dari lomba-lomba hingga malam tasyakuran. Memang ada ketua panitia, tapi tetap butuh didampingi karena masih SMA.
Selain itu, setelah diskusi panjang dengan pak Teddy (pemilik PT TDS yang menjadi konsultan marcomm di apartemen ayah penulis), penulis ingin mencoba meraih kembali cita-cita penulis untuk bisa kuliah di luar negeri.
Sewaktu awal kuliah, penulis memajang foto kampus-kampus luar negeri di depan meja penulis untuk motivasi belajar. Sayang, setelah berhadapan dengan realita, impian tersebut harus terkubur pelan-pelan. Pertemuan dengan pak Teddy membuat penulis ingin mencoba lagi untuk meraih mimpi tersebut.
Belajar Bahasa Inggris Hingga ke Pare
Salah satu syarat untuk bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri adalah memiliki sertifikat IELTS. Oleh karena itu, penulis mengambil kursus di Malang. Akan tetapi, karena merasa sangat kurang, penulis bersama satu teman kuliah penulis memutuskan untuk pergi ke kampung Inggris, Pare.
Penulis mengambil kelas khusus persiapan IELTS di TEST English School. Hanya saja, karena penulis sudah berada di Pare dua minggu sebelum kelas dibuka, penulis mengambil kursus di tempat lain dulu, yakni Global English dan Mr. Bob.
Total empat bulan penulis berada di sana, mulai akhir Agustus hingga awal Desember. Selain belajar di tempat kursus, penulis juga belajar sendiri. Penulis mengambil target akan melakukan tes pada bulan Desember 2017.
Sebelum mengambil tes, penulis sudah mencoba untuk mendaftar beasiswa Chevening, beasiswa bagi yang ingin melanjutkan studi di Inggris. Pada awal November, penulis ke Yogya untuk menghadiri EHEF European Fair, pameran edukasi kampus-kampus Eropa.
Chevening mengharuskan kita memilih tiga kampus ketika mendaftar, dan dua di antaranya hadir pada even tersebut. Mereka adalah University of Reading dan Manchester Metropolitan University.
Penulis banyak bertanya tentang bagaimana mendapatkan Letter of Acceptance dan lain-lain. Mereka sangat ramah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penulis. Sepulang dari Yogya, penulis mendaftar di kampus-kampus tersebut dan berhasil mendapatkan LoA conditional karena belum memiliki sertifikat IELTS.
Setelah Mendapatkan Sertifikat IELTS
Pertengahan Desember, penulis akhirnya mengambil tes IELTS di Yogyakarta. Pemilihan lokasi tes yang jauh dari rumah adalah karena dua hal: satu, mengikuti saran yang sudah pernah tes; dua, mengikuti perasaan.
Setelah menunggu hasilnya dalam waktu dua minggu (sekitar pertengahan Januari 2018), penulis mendapatkan nilai 6.5, syarat rata-rata minimum bagi pengambil beasiswa. Berkat sertifikat ini, penulis berhasil mendapatkan LoA unconditional dari University of Reading.
Kampus sudah dapat, sertifikat IELTS sudah dapat, hanya tinggal satu yang belum dapat: beasiswanya. Sayang, belum rezeki penulis untuk melanjutkan studinya di Inggris.
Penulis memutuskan untuk mencari beasiswa lainnya. Target selanjutnya adalah New Zealand ASEAN Scholarship (NZAS). Sayang, kali ini juga belum lolos. Selanjutnya penulis mencoba beasiswa Ignacy Lukasiewicz dari Polandia, masih belum lolos juga.
Gagal tiga kali secara berturut-turut lumayan membuat penulis merasa down. Apalagi, penulis mencurahkan fokus untuk berburu beasiswa selama berbulan-bulan (selain mempersiapkan kaderisasi dan pergantian kepengengurusan Karang Taruna) hingga sama sekali tidak melirik lowongan pekerjaan yang ada.
Untunglah, penulis melamar menjadi volunteer Asian Games ketika sedang berada di Pare.
Awal Kehidupan di Jakarta
Penulis jadi kerap bolak-balik Malang-Jakarta gara-gara harus mengikuti serangkaian pelatihan sebagai volunteer. Tapi berkat itu, penulis jadi tahu sedikit-sedikit tentang lokasi-lokasi di Jakarta, karena penulis melakukan eksplorasi ketika memiliki waktu luang.
Sebelum berangkat ke Jakarta pada bulan Agustus, penulis menyelesaian beberapa urusan. Salah satunya adalah pergantian pengurus Karang Taruna, sehingga penulis bisa tenang meninggalkan organisasi yang telah dirintis sejak 2016 ini.
Terhitung mulai bulan Agustus hingga September, penulis berkonsentrasi penuh mengabdikan diri menjadi seorang volunteer. Untuk kisahnya sendiri telah penulis tulis sebanyak 7 bagian di blog ini.
Setelah selesai menunaikan tugas, penulis memutuskan untuk tinggal di Jakarta, menumpang di rumah tante. Penulis memutuskan untuk mencari pekerjaan di Jakarta, menepikan sementara impian penulis untuk melanjutkan kuliah di luar negeri.
Dengan menerapkan metode brute force, penulis melamar kerja di berbagai tempat. Setelah satu setengah bulan, pada akhirnya penulis mendapatkan pekerjaan di Mainspring Technology sebagai Content Writer jalantikus.com.
Benang Merah Pada Perjalanan Hidup Penulis
Every cloud has a silver lining. Semua yang terjadi pasti memiliki hikmah di baliknya. Penulis percaya apa yang selama ini penulis alami dan jalani memiliki maknanya masing-masing.
Jika ditarik ke belakang, semua perjalanan hidup penulis tersambung oleh benang merah, Secara singkat, bisa dituliskan seperti ini.
Lulus -> Melamar di NET -> Gagal, sempat depresi -> Menawarkan diri untuk membantu ayah -> Bertemu dengan Pak Teddy -> Memutuskan untuk lanjut kuliah di luar negeri -> Ambil persiapan IELTS di Pare -> Diajak teman di Pare menjadi volunteer Asian Games -> Gagal mendapatkan beasiswa tiga kali -> Menjadi volunteer Asian Games di Jakarta -> Memutuskan mencari kerja di Jakarta -> Bekerja di Mainspring Technology
Selain itu, penulis memulai menulis blog juga terinspirasi dari teman di Pare. Dengan adanya blog ini, mungkin jadi bahan pertimbangan perusahaan untuk menerima penulis. Setidaknya, penulis tidak kebingungan ketika diminta untuk menyerahkan contoh portofolio.
Lantas, apakah penulis menyerah dengan impiannya untuk kuliah di luar negeri? Tentu tidak. Penulis hanya menundanya untuk sementara waktu. Mungkin, Tuhan menyuruh penulis untuk bekerja terlebih dahulu sebelum kuliah lagi.
Sekarang, penulis mau fokus melakukan yang terbaik untuk pekerjaan penulis. Penulis akan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari tempat kerja penulis. Penulis tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis, setelah melalui proses panjang tersebut.
Jika ada yang bertanya “dulu kerja di mana?” lagi, mungkin penulis akan menjawab “kawan, bersiaplah mendengarkan sebuah kisah yang cukup panjang”.
Kebayoran Lama, 29 Desember 2018, terinspirasi dari banyaknya yang mengajukan pertanyaan tersebut ke penulis
Foto: rawpixel
Pengalaman
Ini Pengalaman Saya Menonton Video Klip “The Catalyst”
Sensasi menantikan sebuah album musik akan rilis sudah lama tidak Penulis rasakan. Terakhir kali itu terjadi adalah tujuh tahun yang lalu, ketika album One More Light mengumumkan akan rilis pada 19 Mei 2017.
Setelah itu, meskipun musisi lain akan mengumumkan akan merilis album (katakanlah, One Ok Rock), Penulis tidak akan terlalu antusias menunggunya. Ketika rilis memang langsung mendengarkan, tapi tak memberikan sensasi yang sama dengan Linkin Park.
Nah, pada tanggal 15 November mendatang, Linkin Park dengan formasi baru akan merilis album pertamanya yang berjudul From Zero. Sensasi ini pun datang lagi dan membuat Penulis merasa tidak sabar ingin segera mendengarkan semua lagu dalam albumnya.
Jelang rilisnya album tersebut, Linkin Park secara bertahap telah merilis tiga single di waktu yang berbeda: “The Emptiness Machine”, “Heavy Is The Crown”, dan “Over Each Other”. Penulis berharap lagu-lagu lainnya di album ini akan mirip dengan dua single pertama.
Berbicara tentang sensasi menunggu tanggal rilis album Linkin Park, Penulis mau tidak mau jadi teringat bagaimana dulu dirinya menantikan single pertama dari album A Thousand Suns, “The Catalyst”. Itulah yang ingin Penulis bagikan pada tulisan kali ini.
Menonton Video Klip “The Catalyst” dari Televisi
Ketika Penulis menjadi penggemar Linkin Park saat SMP, band ini telah memiliki tiga album: Hybrid Theory, Meteora, dan Minutes to Midnight. Oleh karena itu, begitu mengetahui Linkin Park akan merilis album baru pada tanggal 13 September 2010, Penulis begitu bersemangat.
Waktu itu, internet belum semudah sekarang. Minimal, kita harus pergi ke warnet untuk bisa terkoneksi dengan internet, termasuk YouTube. Bahkan, untuk berita terbaru seputar musik, Penulis masih mengandalkan televisi.
Nah, melalui acara Breakout di NET TV yang dipandu oleh Boy William, Penulis jadi mengetahui kalau Linkin Park akan merilis single terbaru mereka berjudul “The Catalyst” dan mereka akan menayangkan video klipnya secara perdana.
Penulis masih ingat betul acara tersebut mulai jam tiga sore. Boy bercerita sedikit tentang perjalanan Linkin Park sebagai band sebagai selingan video-video klip lama Linkin Park. Barulah menjelang akhir acara, video klip “The Catalyst” ditayangkan.
Kesan pertama ketika menonton video klip, keren, baik dari sisi lagu maupun sinematografinya. Memang lagu ini sekarang tidak lagi masuk tier atas bagi Penulis, tapi pada waktu itu, Penulis sangat menyukainya.
Penulis juga ingat ketika itu langsung mengirim SMS ke sohibnya yang juga menonton acara tersebut, dan ia mengatakan sentuhan dari Mr. Han sebagai sutradaralah yang membuat video klip “The Catalyst” menjadi begitu keren.
Bagaimana Pengalaman Tersebut akan Sulit Terulang
Mungkin bagi sebagian orang, pengalaman menantikan album atau lagu dari musisi favoritnya masih bisa dirasakan sekarang. Namun, pengalaman menonton video klip dari single terbaru di televisi rasanya tidak akan pernah dirasakan lagi.
Dengan adanya platform YouTube dan media sosial, semua bisa menontonnya tanpa kesulitan di detik ketika video klipnya rilis. Tak perlu lagi mendengarkan Boy William menjelaskan perjalanan musisi yang sedang merilis single terbaru.
Bahkan, kita tak perlu takut lagi ketinggalan karena kita bisa mengaktifkan notifikasi apabila video klip tersebut telah rilis. Apalagi, di YouTube biasanya para musisi akan memasang countdown untuk meningkatkan hype.
Sensasi ini rasanya tidak akan pernah terjadi di era instan seperti sekarang. Lantas, apakah hal tersebut buruk? Penulis tidak tahu. Namun, karena pernah mengalami era yang tidak serba instan, Penulis jadi belajar tentang kesabaran dan menikmati proses.
Semoga generasi kini bisa mempelajari itu di era yang serba instan seperti sekarang
Lawang, 31 Oktober 2024, terinspirasi setelah teringat bagaimana dulu dirinya menonton video klip “The Catalyst”
Foto Featured Image:
Pengalaman
Juni 2024 adalah Bulan Pertama Saya Menulis Tiap Hari Tanpa Putus
Dalam tulisan “Ini adalah Tulisan Whathefan yang ke-1000,” Penulis telah berbagi bagaimana dirinya belakangan ini telah berusaha untuk menjaga konsistensi untuk bisa menulis satu tulisan setiap hari.
Pada tulisan yang tayang di tanggal 13 Juni 2024 tersebut, Penulis mengatakan bahwa dirinya telah menulis setiap hari tanpa putus sebanyak 19 hari. Alhamdulillah, rentetan tersebut bisa bertahan hingga hari dengan total 37 hari tanpa putus.
Lebih menariknya lagi, bulan Juni 2024 adalah pertama kalinya Penuils menulis setiap hari tanpa putus. Bulan Januari 2018 saat blog ini dimulai memang memiliki lebih dari 40 tulisan, tapi itu tak terhitung karena waktu itu Penulis memang punya beberapa stok tulisan.
Apa Saja yang Ditulis Selama Juni 2024?
Bulan Juni memiliki 30 hari, sehingga jumlah tulisan yang diproduksi pun 30 tulisan. Dalam sebulan, ada banyak tulisan yang Penulis buat dari berbagai topik. Yang jelas, biasanya di weekend Penulis akan membuat ulasan tentang buku yang telah dibaca dan melanjutkan seri board game-nya.
Selama bulan Juni, Penulis membuat ulasan lima buku, yakni A Happy Life, The Devotion of Mr. X, Contagious, Ali Sadikin, dan Hoegeng. Judul pertama dan ketiga sebenarnya sudah cukup lama Penulis baca, sehingga isinya sudah agak lupa. Kalau dua buku biografi yang ditamatkan tergolong baru.
Namun, yang paling spesial tentu novel The Devotion of Mr. X karya Keigo Hirashino. Dalam tulisan tersebut, Penulis telah membahas bagaimana novel detektif yang satu ini bisa menggiring pembacanya kepada satu kesimpulan, sebelum akhirnya di balik di akhir cerita. Novel ini sangat rekomendasi kalau suka cerita detektif.
Selain itu, Penulis juga melanjutkan board game-nya dari koleksi ke-16 hingga ke-19, yakni Bahamas, Unstable Unicorns, King of the Dice, dan Kingdomino. Seharusnya hari Minggu (30/6) kemarin giliran Modern Arts, tapi Penulis undur karena adanya kemenangan George Russel di GP Austria yang menarik.
Berbicara topik olahraga, Penulis hanya menulis dua artikel sepak bola dan tidak ada yang membahas Manchester United. Maklum, liga Eropa sedang masa rehat, dan Penulis juga entah mengapa tidak tertarik untuk mengikuti EURO 2024. Hingga hari ini, Penulis belum menonton satu pertandingan pun.
Penulis juga menulis dua artikel untuk rubrik Musik yang membahas dua grup dari genre yang berbeda, yakni Red Velvet dan Linkin Park. Penulis mencoba membuat format tier list melalui Linkin Park dan ternyata cukup menyenangkan. Mungkin, akan ada band atau musisi lain yang akan Penulis buatkan format tier list-nya.
Topik lain yang sering Penulis bahas adalah tentang Dragon Ball. Ada tiga tulisan di bulan Juni yang membahasnya, pertama tentang Future Trunks, Vegeta, dan alasan mengapa Penulis memutuskan untuk mengoleksi seri komik Dragon Ball Super. Sebenarnya, tulisan ketiga adalah alasan mengapa Penulis jadi sering menulis tentang Dragon Ball.
Penulis juga beberapa kali berbagi artikel produktivitas karena bisa menulis artikel setiap hari. Ada tiga artikel yang terkait dengan hal ini, yakni tentang Penulis yang memanfaatkan Notion dan dua artikel tentang membaca buku.
Topik-topik yang sedang panas juga Penulis bahas jika memang ada angle yang menarik, mulai dari isu dinasti politik yang memanas, bagi-bagi kursi di pemerintahan, pemain judi online yang diwacanakan mendapatkan bansos, hingga bocornya Pusat Data Nasional (PDN).
Selain yang sudah Penulis sebutkan di atas, Penulis membahas hal-hal yang sifatnya evergreen, yang biasanya Penulis gunakan sebagai pengingat untuk dirinya sendiri ketika di masa depan nanti sedang iseng-iseng membaca tulisannya sendiri.
Semoga Bukan Bulan Terakhir Bisa Menulis Tanpa Putus
Penulis tentu berharap kalau bulan Juni bukan bulan pertama dan terakhir di mana Penulis bisa menulis setiap hari di blog ini tanpa putus. Penulis berharap bisa menjaga konsistensi ini di bulan-bulan selanjutnya, karena Penulis juga pernah membahas betapa pentingnya untuk menjaga “rantai kebiasaan” jangan sampai putus.
Sejujurnya, Penulis sendiri heran mengapa dirinya yang dulu sangat mager untuk menulis bisa menjadi kembali termotivasi untuk terus menghasilkan tulisan di blog ini. Keberadaan Notion memang membantu, tapi bukan jadi motivasi utama.
Bisa jadi, salah satu yang menjadi motivasi Penulis untuk bisa rajin menulis adalah adanya apresiasi dari banyak pihak. Mungkin jumlahnya bisa dihitung dengan jari, tapi itu sudah cukup bagi Penulis. Penulis benar-benar berterima kasih kepada Pembaca yang sudah mengapresiasi blog ini.
Lawang, 1 Juli 2024, terinspirasi setelah menyadari kalau bulan Juni kemarin dirinya berhasil menulis selama 30 hari tanpa putus
Pengalaman
Ini adalah Tulisan Whathefan yang ke-1000
Sejak Whathefan dibuat pada tanggal 2 Januari 2018, akhirnya sampai juga pada tulisan ke-1000. Butuh waktu kurang lebih 6,5 tahun untuk bisa mencapai milestone ini, atau jika dirinci setara dengan 2.354 hari.
Ketika awal membuat blog ini, target Penulis adalah memproduksi setidaknya 5 tulisan setiap minggunya, yang lantas Penulis tingkatkan menjadi 1 tulisan per hari. Namun, pada kenyataannya Penulis banyak bolongnya karena berbagai alasan, tapi yang paling utama tentu saja rasa malas.
Melihat jumlah hari yang telah blog ini lewati, artinya rata-rata Penulis membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari sekali untuk membuat artikel baru, atau jika mau dirinci lagi menjadi setiap 56,5 jam sekali. Apakah itu termasuk cukup produktif untuk seorang penulis, Penulis tidak tahu.
Apapun itu, Penulis tetap berusaha bangga dengan dirinya sendiri karena bisa memproduksi hingga 1.000 artikel. Tentu Penulis tidak akan berhenti menulis di sini dan semoga saja tulisan ke-2000 tidak membutuhkan waktu 6,5 tahun.
Jika Penulis bisa konsisten menulis seperti belakangan ini (sampai artikel ini, Penulis sudah streak sepanjang 19 hari), maka artikel ke-2000 akan tercapai pada tanggal 10 Maret 2027. Permasalahan utama Penulis untuk hal tersebut adalah masalah konsistensi.
Berusaha untuk Bisa Menulis Konsisten Setiap Hari
Dalam tabel distribusi per bulan di atas, bisa dilihat kalau jumlahnya naik turun secara signifikan. Bahkan, total dalam tahun pun trennya menurun terus. Membuat 100 artikel dalam satu tahun pun tak sanggup dalam dua tahun terakhir.
Karena hal tersebut, Penulis bisa dibilang sebagai penulis yang kurang konsisten. Ada saat-saat di mana Penulis seolah kehilangan semangat dan gairah untuk menulis terutama beberapa bulan ke belakang ini, yang sejatinya merupakan hobinya.
Bayangkan saja, jumlah artikel yang Penulis produksi dalam 19 hari terakhir lebih banyak dibandingkan periode November 2023 hingga Februari 2024 (empat bulan), di mana di periode tersebut Penulis hanya berhasil membuat 8 tulisan saja.
Pernah ada dalam satu bulan, Penulis hanya bisa menulis 2-3 artikel (seperti di awal tahun ini), bahkan sempat tidak menulis sama sekali (terjadi dua kali pada bulan Oktober 2020 dan Desember 2023).
Ketika direnungkan, tentu ada faktor-faktor lain yang membuat Penulis jadi tidak bersemangat menulis untuk blog ini. Namun, faktor utamanya tetap saja rasa malas dan kalah dari keinginan bermalas-malasan di atas kasur sambil main ponsel.
Menyadari hal ini, Penulis pun berusaha untuk mencari solusi bagaimana agar dirinya bisa tetap konsisten menulis. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan Notion yang telah Penulis bahas secara terpisah sebelumnya, yang terbukti sangat membantu Penulis.
Jika dikatakan terkadang ada buntu saat menulis, memang benar. Namun, ide terkadang memang harus dikejar, bukan ditunggu. Seringnya sepanjang pengalaman Penulis, selama dirinya berada di depan layar dan mulai mengetik, nanti jari-jari ini akan mengalir dengan sendirinya.
Apa Saja yang Telah Ditulis di Whathefan
Sesuai dengan tagline-nya, Penulis benar-benar menulis apapun yang sedang terpikirkan dan diinginkan. Apa yang Penulis suka, akan Penulis tulis. Alhasil, jumlah rubrik dari blog ini pun terus bertambah menyesuaikan dengan apa yang ingin Penulis tulis.
Penulis tak punya catatan pasti tentang “sejarah rubrik” di blog ini, tapi yang jelas dua rubrik terbaru di blog ini adalah Permainan dan Olahraga. Permainan Penulis buat karena sedang menekuni hobi baru di dunia board game, sedangkan olahrga karena Penulis merupakan penggemar sepak bola dan Formula 1.
Beberapa rubrik lain yang bukan rubrik “orisinal” adalah Musik, Produktivitas (yang merupakan sempalan dari Pengembangan Diri), dan Tentang Rasa. Buku pun dulu tidak Penulis pisah antara Fiksi dan Non-Fiksi.
Selama 6,5 tahun, tentu ada rubrik atau kategori yang paling sering Penulis isi. Yang paling banyak adalah kategori Buku (Fiksi dan Non-Fiksi) dengan 94 tulisan, disusul Film & Serial (86), Sosial Budaya (83), dan Pengembangan Diri (82).
Selain itu, Penulis juga berencana untuk menghilangkan kategori Karang Taruna karena sudah tidak pernah diisi lagi, mengingat Penulis sudah pensiun. Kemungkinan, Penulis akan menggabungkannya dengan rubrik Pengalaman saja.
Selain itu, selama beberapa tahun terakhir Penulis tidak pernah membuat karya sastra satu pun, baik itu novel, cerpen, maupun sajak. Entah mengapa Penulis menjadi seperti miskin imajinasi. Mungkin faktor usia membuat Penulis menjadi pribadi yang semakin realistis.
Apakah ke depannya Penulis akan menambah kategori baru? Bisa saja, jika ada hal baru yang ingin Penulis tulis. Mungkin Penulis akan banyak menulis tentang game, walau rasanya topik tersebut bisa dimasukkan ke dalam kategori Permainan.
Whathefan adalah Blog Gado-Gado yang Belum Profit
Banyak yang bilang blog yang baik adalah yang memiliki niche tertentu. Nah, kalau Whathefan kan beda karena gado-gado. Seninnya bisa membahas tentang politik, Selasanya nulis K-Pop, terus Rabunya nulis sepak bola. Benar-benar semau gue.
Sejak awal Penulis memang tidak menjadikan blog ini sebagai sumber pemasukan. Memang Penulis memasang AdSense, tapi tidak pernah dikelola dengan benar sehingga sampai hari ini pun uang AdSense-nya belum bisa dicairkan karena jumlahnya kecil sekali.
Padahal dalam setahun, biaya yang harus Penulis keluarkan untuk blog (biaya domain dan hosting) ini mencapai sekitar Rp900 ribu. Karena blog ini telah berusia 6 tahun, maka kurang lebih Penulis sudah mengeluarkan sekitar Rp5,4 juta.
Namun, Penulis sama sekali tidak pernah merasa rugi karena bagi Penulis hal tersebut merupakan sebuah investasi. Tanpa berniat sombong, salah satu faktor Penulis diterima di dua tempat kerja adalah karena kehadiran blog ini yang menjadi semacam portofolio Penulis.
Oleh karena itu, sebisa mungkin Penulis akan mempertahankan blog ini selama mungkin, bahkan kalau bisa sampai Penulis tidak mampu lagi menulis. Meskipun sering terhalang masalah inkonsistensi, Penulis akan terus berusaha untuk bisa menghasilkan tulisan di blog ini.
Lawang, 13 Juni 2024, terinspirasi setelah mencapai milestone 1.000 artikel di blog ini
-
Film & Serial4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Menonton Deadpool & Wolverine
-
Film & Serial3 bulan ago
Gara-Gara Black Myth: Wukong, Saya Jadi Rewatch Kera Sakti
-
Permainan4 bulan ago
Koleksi Board Game #22: Chinatown
-
Fiksi4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Teruslah Bodoh Jangan Pintar
-
Politik & Negara4 bulan ago
Peringatan Darurat: Apa Memang Sedarurat Itu Situasi Politik Saat Ini?
-
Non-Fiksi3 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Ngomongin Uang
-
Olahraga5 bulan ago
Kemenangan Perdana yang Awkward Bagi Oscar Piastri di Formula 1
-
Musik3 bulan ago
Menatap Era Baru Linkin Park Bersama Emily Armstrong
You must be logged in to post a comment Login